Kamis, 13 Oktober 2011

PostHeaderIcon PERKEMBANGAN EVOLUSIONER Menurut Auguste Comte:


PERKEMBANGAN EVOLUSIONER Menurut Auguste Comte: 

Comte membagi sosiologi menjadi sosiologi statis dan sosiologi dinamis. Soiologi statis didasarkan atas asumsi filosofis yang menyatakan bahwa masyarakat adalah organisme yang disatukan oleh konsensus, karenanya selalu terdapat keharmonisan spontan antara keseluruhan dan bagian sistem sosial (masyarakat).

Sosiologi dinamis adalah tentang urutan perkembangan manusia, dan setiap tahap dalam urutan itu adalah akibat penting dari tahap sebelumnya. Leibniz menegaskan “keadaan sekarang akan berkembang dimasa datang”. Karnanya tugas ilmu sosial adalah menemukan hukum yang menentukan urutan perkembangan itu. Hukum itu kemudian akan menyediakan garis rasional bagi memudahkan kemajuan manusia.

Faktor yang dapat membantu menemukan hukum perkembangan masyarakat itu adalah keumuman sifatnya. Artinya, hukum perkembangan itu dapat diterapkan pada semua masyarakat, sehingga orang dapat mempelajari kebanyakan masyarakat maju dan urutan perkembangannya, yang dilalui masyarakat.

Menurut Comte, salah satu masyarakat termaju adalah masyarakatnya sendiri, masyarakat Perancis. Perkembangan masa lalu dan arah perkembangan masyarakat Perancis dimasa datang menurutnya merupakan model yang dapat diterapkan pada masyarakat lain manapun.

Dalam mencari hukum rentetan sejarah itu, Comte menemukan tiga tingkat perkembangannya (sejalan dengan tiga tingkat perkembangan pemikiran manusia). Ia menyebutnya “hukum fundamental perkembangan pemikiran manusia yang dilewati secara berurutan dengan tiga persayaratan teori yang berbeda.


Ketiganya adalah:
1.      Tingkat teologis / khayalan
2.      Tingkat metafisika / abstrak
3.      Tingkat ilmiah / positif


Comte membagi lagi tingkat teologis ini menjadi tiga tingkat :
1.      Kepercayaan terhadap jimat (fetishism) : taraf awal era teologis manusia. Manusia membayangkan benda diluar dirinya dihidupkan oleh kekuatan yang sama dengan yang menghidupkan dirinya. Perbedaannya hanya intensitasnya. Kepercayaan ini berhubungan dengan masyarakat, contohnya masyarakat ditandai oleh kekuasaan pendeta (sacerdotal), prilaku yang didasarkan pada kepura-puraan daripada didasarkan pada akal. Kehidupan keluarga muncul, sejalan dengan kemunculan kehidupan menetap yang membantu perkembangan keadaan selanjutnya.

2.      Kepercayaan terhadap dewa (politheism) : muncul kehidupan kota. Pemilikan tanah menjadi institusi sosial, muncul sistem kasta, dan berperang dianggap sebagai satu-satunya cara untuk menciptakan kehidupan politik yang langgeng dan progresif.

3.      Kepercayaan terhadap Tuhan (monotheism) : mulai terjadi modifikasi sifat teologi dan sifat kemiliteran teologis. Gereja khatolik gagal memberikan baris yang langgeng bagi kehidupan sosial. Mulai terjadi emansipasi wanita dan tenaga kerja. Gereja dan negara dipisahkan oleh tuntutan universal pembedaan sifat gereja dan sifat lokal kekuasaan politik. Perang bergeser dari tindakan agresif menjadi tindakan mempertahankan diri.

0 komentar:

Posting Komentar

About Me

Foto Saya
Desti Wulandari
Bandar Lampung, Lampung, Indonesia
* Mahasiswi Universitas Lampung * Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik * Jurusan Sosiologi'10
Lihat profil lengkapku

Total Tayangan Halaman

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.
Chococat is a registered trademark of Sanrio Co., Ltd. ("Sanrio"), and the images are copyrighted by Sanrio.