Jumat, 14 Desember 2012

PostHeaderIcon Teori Dollard-Miler


       Teori Dollard-Miler
Teori Dollard-Miler mengenai bentuk sederhana dalam teori belajar adalah mempelajari keadaan di mana terjadi hubungan antara respon dan cue stimulusnya.

Teori Dollard-Miller biasanya disebut dengan teori stimulus respon. Walaupun jika dicermati dari biografi antara John Dollar dan Neal E Miller terdapat perbedaan yang dalam hal ini mengenai gagasan kedua tokoh tersebut. Miller menyajikan suatu gagasan dan temaun-temuan penting dalam psikologi eksperimental, sedangkan Dollard memberikan sumbangan penting dalam bidang antropologi dan sosiologi. Walaupun demikian, keduanya sangat dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman di Institute of Human Relations.

Dengan prinsip-prinsip asosiasi, ganjaran (reinforcement menjadi penting dalam hal analisis kepribadian dan sosial kultural.

Dengan teori Dollard-Miller dapat menjelaskan, antara lain:
1. Struktur kepribadian
2. Dinamika kepribadian yang mempengaruhi:
b. Motivasi
c. Proses belajar
d. Proses mental yang lebih tinggi
e. Secondary drive
3. Perkembangan kepribadian, yakni:
a. Perangkat lunak
b. Konteks sosial
c. situation
4. Tingkah laku abnormal (penyimpangan-penyimpangan yang terjadi)
5. Bagaimana Islam mengkritisi teori Dollar-Miller.

PostHeaderIcon Teori Belajar Sosial





         Teori Belajar Sosial

Menurut teori ini prasangka dapat diwariskan dari generasi ke generasi melalui proses sosialisasi. Apabila suatu keluarga memiliki prasangka yang tinggi terhadap kelompok lain, maka itulah yang cenderung ditanamkan pada anak-anak dalam keluarga itu melalui idiom-idiom bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi. Apalagi, stereotip dan juga prasangka dapat diwariskan dari generasi ke generasi melalui bahasa tanpa pernah ada kontak dengan tujuan/objek stereotip dan prasangka (Brisslin, 1993). Keadaan ini membuat kecenderungan kuat bahwa orangtua yang berprasangka akan melahirkan anak-anak berprasangka.


Anak-anak belajar melalui identifikasi atau imitasi, atau melalui pembiasaan. Apa yang dilakukan orangtua, anggota keluarga lain dan semua yang dilihat anak-anak akan ditiru. Misalnya bila orang tua sering mengata-ngatai tetangganya yang beretnis batak dengan kata-kata “dasar batak”, maka sang anak juga akan meniru dan mengembangkan perasaan tidak suka terhadap etnik batak secara keseluruhan.


Ada bukti bahwa anak pada usia 3 tahun sudah sadar akan kategorisasi sosial utama yakni gender dan etnik. Anak-anak sudah mengenal kategori-kategori dan bersikap serta bertindak berdasarkan kategori-kategori itu (Brown, 1995). Pengkategorian itu mendasarkan pada berbagai informasi yang telah diterima anak-anak dari keluarganya. Informasi yang penuh dengan stereotip negatif dan berprasangka akan membuat anak-anak bertindak sesuai dengan stereotip dan prasangka yang dimiliki terhadap kelompok lain.


Media massa juga merupakan alat dalam belajar sosial yang penting. Banyak pengetahuan mengenai kelompok lain diperoleh melalui berita-berita di media massa. Akibatnya opini yang terbentuk mengenai kelompok lain tegantung pada isi pemberitaan media massa. Misalnya bila kelompok tertentu dalam berita diposisikan sebagai ekstremis, suka kekerasan, dan teroris maka prasangka terhadap kelompok itu di masyarakat akan menguat. 





















About Me

Foto Saya
Desti Wulandari
Bandar Lampung, Lampung, Indonesia
* Mahasiswi Universitas Lampung * Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik * Jurusan Sosiologi'10
Lihat profil lengkapku

Total Tayangan Halaman

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.
Chococat is a registered trademark of Sanrio Co., Ltd. ("Sanrio"), and the images are copyrighted by Sanrio.