Rabu, 06 Mei 2015
Nilai dan Norma
18.58 | Diposting oleh
Desti Wulandari |
Edit Entri
Peran => Membimbing individu melakukan proses sosialisasi
Menurut Notonegoro Nilai terbagi menjadi :
fungsi :
norma => patokan prilaku berisi perintah/larangan yang disepakati bersama
tujuan => mengatur prilaku untuk ketertiban
macam2 norma :
jenis :
Menurut Notonegoro Nilai terbagi menjadi :
- Material (berguna bagi manusia)
- Vital (untuk kegiatan manusia)
- kerohanian (jiwa manusia)
- Kebenaran (akal)
- keindahan (perasaan)
- moral (kehendak)
- religius (kepercayaan)
fungsi :
- petunjuk arah
- pemersatu
- pengawas
- perlindungan
- penyemangat
norma => patokan prilaku berisi perintah/larangan yang disepakati bersama
tujuan => mengatur prilaku untuk ketertiban
macam2 norma :
- cara, perbuatan
- kebiasaan
- tata kelakuan, alat pengawas
- adat istiadat, tata kelakuan yang mengikat
jenis :
- agama
- kesusilaan, moralitas baik/buruk
- kesopanan
- kebiasaan
- hukum, sebagai pengontrol
Label:
Nilai dan Norma
|
1 komentar
Minggu, 03 Mei 2015
SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU
23.01 | Diposting oleh
Desti Wulandari |
Edit Entri
Pengertian
Secara
etimologis sosiologi terdiri dari dua kata yaitu socius (latin) = teman dan
Logos (yunani)
= ilmu
Dipopulerkan Auguste Comte (1798-1857)
filsuf perancis yang menjadi Bapak Sosiologi
Buku karangannya yang terkenal Course de Philosophie Positive
Ciri2
ü
Empiris : berdasarkan bukti yang ada
ü Teoritis :
menjelaskan hubungan sebab akibat
ü Kumulatif :
teori dikembangkan, diperbaharui dan diperluas yang dibentuk berdasarkan teori
sebelumnya
ü Non-etis :
menjelaskan sebuah fakta dantidak mempersoalkan baik/buruk
Sifat
lmu
murni yaitu memberikan solusi untuk menangani
permasalahan
Objek
Masyarakat
yang saling berinteraksi membenuk sebuah adat
istiadat
Kegunaan
ü
Pembangunan
: memberikan data2 sosial berupa perencanaan dan proses pembangunan
ü Penelitian : erencanaan masalah social dengan baik
Tujuan
Agar manusia menyesuaikan
diri dengan lingkungan hidupnya
Label:
SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU
|
0
komentar
Senin, 08 Juli 2013
Happy Ramadhan 1434 H
02.52 | Diposting oleh
Desti Wulandari |
Edit Entri
Bintang dilangit sungguhlah Indah...
Di tengah malam jadi hiasan...Harum Rhamadhan, Tercium sudah...
Salah Dan Khilaf, mohon dimaafkan_^
Jumat, 14 Desember 2012
Teori Dollard-Miler
01.38 | Diposting oleh
Desti Wulandari |
Edit Entri
Teori
Dollard-Miler
Teori Dollard-Miler mengenai bentuk sederhana dalam
teori belajar adalah mempelajari keadaan di mana terjadi hubungan antara respon
dan cue stimulusnya.
Teori Dollard-Miller biasanya disebut dengan teori stimulus
respon. Walaupun jika dicermati dari biografi antara John Dollar dan Neal E
Miller terdapat perbedaan yang dalam hal ini mengenai gagasan kedua tokoh
tersebut. Miller menyajikan suatu gagasan dan temaun-temuan penting dalam
psikologi eksperimental, sedangkan Dollard memberikan sumbangan penting dalam
bidang antropologi dan sosiologi. Walaupun demikian, keduanya sangat
dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman di Institute of Human Relations.
Dengan prinsip-prinsip asosiasi, ganjaran
(reinforcement menjadi penting dalam hal analisis kepribadian dan sosial
kultural.
Dengan teori Dollard-Miller dapat menjelaskan, antara
lain:
1. Struktur
kepribadian
2. Dinamika
kepribadian yang mempengaruhi:
b. Motivasi
c. Proses
belajar
d. Proses
mental yang lebih tinggi
e. Secondary
drive
3. Perkembangan
kepribadian, yakni:
a. Perangkat
lunak
b. Konteks
sosial
c. situation
4. Tingkah laku
abnormal (penyimpangan-penyimpangan yang terjadi)
5. Bagaimana
Islam mengkritisi teori Dollar-Miller.
Label:
Tugas Kampus
|
0
komentar
Teori Belajar Sosial
01.36 | Diposting oleh
Desti Wulandari |
Edit Entri
Teori Belajar Sosial
Menurut teori ini prasangka dapat diwariskan dari generasi ke generasi melalui proses sosialisasi. Apabila suatu keluarga memiliki prasangka yang tinggi terhadap kelompok lain, maka itulah yang cenderung ditanamkan pada anak-anak dalam keluarga itu melalui idiom-idiom bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi. Apalagi, stereotip dan juga prasangka dapat diwariskan dari generasi ke generasi melalui bahasa tanpa pernah ada kontak dengan tujuan/objek stereotip dan prasangka (Brisslin, 1993). Keadaan ini membuat kecenderungan kuat bahwa orangtua yang berprasangka akan melahirkan anak-anak berprasangka.
Anak-anak belajar melalui identifikasi atau imitasi, atau melalui pembiasaan. Apa yang dilakukan orangtua, anggota keluarga lain dan semua yang dilihat anak-anak akan ditiru. Misalnya bila orang tua sering mengata-ngatai tetangganya yang beretnis batak dengan kata-kata “dasar batak”, maka sang anak juga akan meniru dan mengembangkan perasaan tidak suka terhadap etnik batak secara keseluruhan.
Ada bukti bahwa anak pada usia 3 tahun sudah sadar akan kategorisasi sosial utama yakni gender dan etnik. Anak-anak sudah mengenal kategori-kategori dan bersikap serta bertindak berdasarkan kategori-kategori itu (Brown, 1995). Pengkategorian itu mendasarkan pada berbagai informasi yang telah diterima anak-anak dari keluarganya. Informasi yang penuh dengan stereotip negatif dan berprasangka akan membuat anak-anak bertindak sesuai dengan stereotip dan prasangka yang dimiliki terhadap kelompok lain.
Media massa juga merupakan alat dalam belajar sosial yang penting. Banyak
pengetahuan mengenai kelompok lain diperoleh melalui berita-berita di media
massa. Akibatnya opini yang terbentuk mengenai kelompok lain tegantung pada isi
pemberitaan media massa. Misalnya bila kelompok tertentu dalam berita
diposisikan sebagai ekstremis, suka kekerasan, dan teroris maka prasangka
terhadap kelompok itu di masyarakat akan menguat.
Label:
Tugas Kampus
|
2
komentar
Jumat, 30 November 2012
PSIKOLOGI SOSIAL
23.01 | Diposting oleh
Desti Wulandari |
Edit Entri
PSIKOLOGI SOSIAL
(Persepsi,Sikap,Agresi,Proposial,Prasangka Sosial)
Desti Wulandari
NPM : 1016011091
KELAS A ( JURUSAN SOSIOLOGI)
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
TAHUN 2012
DAFTAR
ISI
PERSEPSI....................................................................................................................
|
1
|
A.
Pengertian Persepsi...........................................................................................
|
1
|
B.
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Persepsi ..................................................
|
1
|
C.
Contoh Persepsi................................................................................................
|
2
|
SIKAP...........................................................................................................................
|
3
|
A.
Definisi Sikap....................................................................................................
|
3
|
B.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pembentukan Sikap .................................
|
3
|
AGRESI........................................................................................................................
|
4
|
A.
Pengertian Agresi .............................................................................................
|
4
|
B.
Empat Masalah Penting Dalam Agresi.............................................................
|
5
|
C.
Faktor Penyebab Terjadinya Agresi.................................................................
|
5
|
D.
Cara Mengurangi Perilaku Agresif...................................................................
|
6
|
PROPOSIAL...............................................................................................................
|
6
|
A.
Pengertian Proposial.........................................................................................
|
6
|
B.
Ciri-Ciri Perilaku Proposial...............................................................................
|
7
|
C.
Faktor yang Mendasari Seorang untuk Bertindak Prososial.............................
|
7
|
D.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Prososial.....................................
|
7
|
E.
Bentuk-bentuk Perilaku Prososial.....................................................................
|
9
|
F.
Cara Meningkatkan Perilaku Prososial.............................................................
|
10
|
PRASANGKA SOSIAL..............................................................................................
|
10
|
A.
Pengertian Prasangka Sosial..............................................................................
|
10
|
B.
Ciri-Ciri
Prasangka Sosial.................................................................................
|
11
|
C.
Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Prasangka Sosial .....................................
|
12
|
D.
Cara
Mengurangi Prasangka Sosial...................................................................
|
13
|
PERSEPSI
A.
Pengertian
Persepsi
merupakan suatu proses yang dimulai dari penglihatan hingga terbentuk tanggapan
yang terjadi dalam diri individu sehingga individu sadar akan segala sesuatu
dalam lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya.
B.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi
pada dasarnya persepsi dibagi menjadi 2 yaitu Faktor Internal dan Faktor
Eksternal.
1. Faktor Internal yang
mempengaruhi persepsi, yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri individu,
yang mencakup beberapa hal antara lain :
©
Fisiologis. Informasi masuk melalui alat indera,
selanjutnya informasi yang diperoleh ini akan mempengaruhi dan melengkapi usaha
untuk memberikan arti terhadap lingkungan sekitarnya. Kapasitas indera untuk
mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap
lingkungan juga dapat berbeda.
©
Perhatian. Individu memerlukan sejumlah energi yang
dikeluarkan untuk memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan
fasilitas mental yang ada pada suatu obyek. Energi tiap orang berbeda-beda
sehingga perhatian seseorang terhadap obyek juga berbeda dan hal ini akan
mempengaruhi persepsi terhadap suatu obyek.
©
Minat. Persepsi terhadap suatu obyek bervariasi
tergantung pada seberapa banyak energi atau perceptual vigilance yang
digerakkan untuk mempersepsi. Perceptual vigilance merupakan kecenderungan
seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai
minat.
©
Kebutuhan yang searah. Faktor ini dapat dilihat dari
bagaimana kuatnya seseorang individu mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat
memberikan jawaban sesuai dengan dirinya.
©
Pengalaman dan ingatan. Pengalaman dapat dikatakan
tergantung pada ingatan dalam arti sejauh mana seseorang dapat mengingat
kejadian-kejadian lampau untuk mengetahui suatu rangsang dalam pengertian luas.
©
Suasana hati. Keadaan emosi mempengaruhi perilaku
seseorang, mood ini menunjukkan bagaimana perasaan seseorang pada waktu yang
dapat mempengaruhi bagaimana seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat.
2. Faktor Eksternal yang
mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik dari linkungan dan obyek-obyek
yang terlibat didalamnya. Elemen-elemen tersebut dapat mengubah sudut pandang
seseorang terhadap dunia sekitarnya dan mempengaruhi bagaimana seseoarang
merasakannya atau menerimanya. Sementara itu faktor-faktor eksternal yang
mempengaruhi persepsi adalah :
©
Ukuran dan penempatan dari obyek atau stimulus. Faktor
ini menyatakan bahwa semakin besrnya hubungan suatu obyek, maka semakin mudah
untuk dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan
melihat bentuk ukuran suatu obyek individu akan mudah untuk perhatian pada
gilirannya membentuk persepsi.
©
Warna dari obyek-obyek. Obyek-obyek yang mempunyai
cahaya lebih banyak, akan lebih mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan
dengan yang sedikit.
©
Keunikan dan kekontrasan stimulus. Stimulus luar yang
penampilannya dengan latarbelakang dan sekelilingnya yang sama sekali di luar
sangkaan individu yang lain akan banyak menarik perhatian.
©
Intensitas dan kekuatan dari stimulus. Stimulus dari
luar akan memberi makna lebih bila lebih sering diperhatikan dibandingkan
dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari
suatu obyek yang bisa mempengaruhi persepsi.
©
Motion atau gerakan. Individu akan banyak memberikan
perhatian terhadap obyek yang memberikan gerakan dalam jangkauan pandangan
dibandingkan obyek yang diam.
C.
Contoh
Persepsi
Misalkan
saja persepsi seorang remaja ketika untuk yang pertama kali hendak mendekati
lawan jenisnya untuk menjadi kekasihnya. Dalam persepsi remaja ini memiliki
kekasih masih merupakan sebuah hubungan yang sederhana. Dalam gambaran remaja
tersebut berdasarkan apa yang diketahuinya lewat rekaman indrawinya, memiliki
kekasih berarti bisa mengahabiskan waktu senggang bersama, jalan-jalan, pulang
sekolah bareng atau nonton bioskop bersama-sama.
Persepsi
sang remaja ini akan terus berkembang atas hubungan lawan jenis seiring
pengalamannya. Dalam perkembangannya ia akan menemukan bahwa hubungan tersebut
tidak hanya sekedar memiliki teman jalan ataupun teman bersenang-senang. Ia
akan mulai mengetahui dan memahami arti kata saling percaya, kesetiaan,
cemburu, saling mengerti, dan banyak lagi hal-hal yang diperlukan dalam sebuah
hubungan. Pengalaman ini akan semakin memperkaya wawasannya dalam membuat
persepsi atas hubungan yang terjalin oleh lawan jenis. dan pengalaman ini pula
yang akan mengantarkannya membuat persepsi awal terhadap lawan jenis yang
dipikirnya akan cocok dengan dirinya. Jika pada awalnya sang remaja hanya
memilih pasangannya berdasarkan fisiknya, maka berdasarkan pengalamannya ia
akan membentuk spesifikasi yang lebih banyak akan lawan jenis yang dipersepsikannya
mampu memngiringi perjalanan kehidupannya.
SIKAP
A.
Definisi
Sikap
sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang
menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan
tertentu di dalam menanggapi obyek situasi atau kondisi di lingkungan
sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan kesiapan untuk merespon yang
sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau situasi.
B.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap
1.Pengalaman pribadi. Untuk
dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi harus meninggalkan
kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila
pengalaman pribadi tersebut melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang
melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih
lama berbekas.
2. Kebudayaan. B.F.
Skinner (dalam, Azwar 2005) menekankan pengaruh lingkungan (termasuk
kebudayaan) dalam membentuk kepribadian seseorang. Kepribadian tidak lain
daripada pola perilaku yang konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement
(penguatan, ganjaran) yang dimiliki. Pola reinforcement dari masyarakat untuk
sikap dan perilaku tersebut, bukan untuk sikap dan perilaku yang lain.
3. Orang lain yang dianggap
penting. Pada
umumnya, individu bersikap konformis atau searah dengan sikap orang orang yang
dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan
untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang
dianggap penting tersebut.
4. Media massa. Sebagai
sarana komunikasi, berbagai media massa seperti televisi, radio, mempunyai
pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Adanya informasi
baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya
sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa informasi
tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam mempersepsikan dan menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah
sikap tertentu.
5. Institusi Pendidikan dan
Agama. Sebagai
suatu sistem, institusi pendidikan dan agama mempunyai pengaruh kuat dalam
pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep
moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara
sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan
dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.
6. Faktor emosi dalam diri. Tidak
semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi
seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari
oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan
bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian bersifat sementara dan segera
berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap
yang lebih persisten dan lebih tahan lama. contohnya bentuk sikap yang didasari
oleh faktor emosional adalah prasangka.
AGRESI
A.
Pengertian
Agresi
Agresi adalah segala bentuk
perilaku yang dimaksudkan untukmenyakiti orang lain secara fisik maupun mental.
B.
Empat Masalah Penting Dalam Agresi
©
agresi merupakan perilaku.
©
ada unsur kesengajaan.
©
sasarannya adalah makhluk hidup, terutama manusia.
©
ada usaha menghindar pada diri korban.
C.
Faktor
Penyebab Terjadinya Agresi
1.
Faktor Biologis
Ada beberapa faktor biologis yang mempengaruhi
perilaku agresi:
©
Gen tampaknya berpengaruh pada pembentukan sistem
neural otak yang mengatur perilaku agresi.
©
Sistem otak yang tidak terlibat dalam agresi ternyata
dapat memperkuat atau menghambat sirkuit neural yang mengendalikan agresi.
©
Kimia darah. Kimia darah (khususnya hormon seks yang
sebagian ditentukan faktor keturunan) juga dapat mempengaruhi perilaku agresi.
2. Faktor Naluri atau Insting
Menurut Sigmund Freud, bahwa dalam diri manusia
terdapat dua jenis insting yakni eros ( naluri kehidupan ) dan thanatos (naluri
kematian) agresi adalah ekspresi dari naluri kematian (thanatos). Agresi dapat
diarahkan kepada orang lain atau sasaran-sasaran lain (eksternal) dan dapat
pula pada diri sendiri (internal).
3. Faktor Amarah
Marah merupakan emosi yang memiliki ciri-ciri
aktifitas sistem saraf parasimpatik yang tinggi dan adanya perasaan tidak suka
yang sangat kuat yang biasanya disebabkan adanya kesalahan, yang mungkin
nyata-nyata salah atau mungkin juga tidak. Pada saat marah ada perasaan ingin
menyerang, meninju, menghancurkan atau melempar sesuatu dan biasanya timbul
pikiran yang kejam. Bila hal-hal tersebut disalurkan maka terjadilah perilaku
agresi.
4. Frustrasi terjadi
bila seseorang terhalang oleh sesuatu hal dalam mencapai suatu tujuan,
kebutuhan, keinginan, pengharapan atau tindakan tertentu. Agresi merupakan
salah satu cara berespon terhadap frustasi. Remaja miskin yang nakal adalah
akibat dari frustrasi yang berhubungan dengan banyaknya waktu menganggur,
keuangan yang pas-pasan dan adanya kebutuhan yang harus segera terpenuhi tetapi
sulit sekali tercapai. Akibatnya mereka menjadi mudah marah dan berperilaku
agresi.
5. Faktor sosial
learning (peran belajar model kekerasan)
Dewasa ini
tindakan agresi dapat di contoh dari beberapa media anak-anak dan remaja banyak
belajar menyaksikan adegan kekerasan melalui Televisi dan juga
"games" atau pun mainan yang bertema kekerasan. Acara-acara yang
menampilan adegan kekerasan hampir setiap saat dapat ditemui dalam tontonan
yang disajikan di televisi mulai dari film kartun, sinetron, sampai film laga.
D.
Cara
Mengurangi Perilaku Agresif
Dalam situasi tertentu orang akan melakukan agresi
atau tidak, ditentukan oleh tiga variabel:
1)
Intensitas amarah seseorang, yang sebagian ditentukan oleh taraf frustasi atau
serangan yang menimbulkannya, dan sebagian ditentukan oleh tingkat persepsi
individu terhadap frustasi yang menimbulkan amarah ini.
2)
Kecenderungan untuk mengekspresikan amarah, yang pada umumnya dientukan oleh
apa yang telah dipelajari seseorang tentang agresivitas, dan pada khususnya
ditentukan oleh sifat situasi ini.
3) Kekerasan dilakukan
karena alasan lain yang lebih bersifat instrumental.
Adapun cara untuk mengurangi perilaku agresif antara
lain:
©
Mengurangi frustrasi
©
Orang dapat diajar untuk tidak melakukan agresi dalam
situasi tertentu, atau dapat belajar untuk menekan agresivitas pada umumnya.
Misalnya, anak belajar untuk tidak berkelahi dalam kelas, dan pada umumnya juga
diajari untuk berhati-hati agar tidak saling melukai.
©
Memberi hukuman atau pembalasan, rasa takut terhadap
hukuman atau pembalasan bisa menekan perilaku agresif.
PROPOSIAL
A.
Pengertian
Proposial
merupakan suatu bentuk
perilaku sosial positif dimana perilaku tersebut mempunyai tingkat pengorbanan
tertentu yang dilakukan berdasarkan inisiatif sendiri tanpa adanya paksaan dari
pihak lain yang tujuannya memberikan keuntungan bagi orang lain baik fisik
maupun psikologis, meningkatkan toleransi hidup terhadap sesama, namun perilaku
tersebut tidak ada keuntungan yang jelas bagi individu yang melakukannya
bahagia yang dirasakan oleh individu yang melakukan tindakan tersebut.
B.
Ciri-Ciri
Perilaku Proposial
Menurut Staub ada 3
(tiga) ciri seseorang dikatakan menunjukkan perilaku prososial, yaitu: (dalam
Hasniani, 2011)
©
Tindakan
tersebut berakhir pada dirinya dan tidak menuntut keuntungan pada pihak pemberi
bantuan
©
Tindakan
tersebut dilahirkan secara sukarela
©
Tindakan
tersebut menghasilkan kebaikan
C.
Faktor yang
Mendasari Seorang untuk Bertindak Prososial
Dalam situasi tertentu,
keputusan untuk menolong melibatkan proses pemikiran yang kompleks dan
pengambilan keputusan yang rasional. Adapun beberapa faktor yang mendasari
seorang untuk bertindak prososial yaitu (Hanianni, 2011):
©
Self-gain yaitu harapan seseorang untuk memperoleh atau menghindari kehilangan
sesuatu, misalnya ingin mendapatkan pengakuan, pujian, atau takut dikucilkan
©
Personal
values and norms yaitu adanya
nilai-nilai dan norma sosial yang diinternalisasikan oleh individu selama
mengalami sosialisasi dan sebagaian nilai-nilai serta norma tersebut berkaitan
dengan tindakan prososial, seperti berkewajiban menegakkan kebenaran dan
keadilan serta adanya norma timbal balik.
©
Empathy yaitu kemampuan seseorang untuk ikut merasakan perasaan atau pengalaman
orang lain.
D.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Perilaku Prososial
Faktor-faktor yang spesifik
mempengaruhi perilaku prososial antara lain, karakteristik situasi,
karakteristik penolong, dan karakteristik orang yang membutuhkan pertolongan
(Sears dkk, 1994: 61 dalam Dahriani, 2007: 38) :
Faktor Situasional, meliputi :
©
Kehadiran
Orang Lain
Individu yang sendirian lebih
cenderung memberikan reaksi jika terdapat situasi darurat ketimbang bila ada
orang lain yang mengetahui situasi tersebut. Semakin banyak orang yang hadir,
semakin kecil kemungkinan individu yang benar-benar memberikan pertolngan.
Faktor ini sering disebut dengan efek penonton (bystander effect).
Individu yang sendirian menyaksikan orang lain mengalami kesulitan, maka orang
itu mempunyai tanggung jawab penuh untuk memberikan reaksi terhadap situasi
tersebut.
© Kondisi Lingkungan
Keadaan fisik lingkungan juga
mempengaruhi kesediaan untuk membantu. Pengaruh kondisi lingkungan ini seperti
cuaca, ukuran kota, dan derajat kebisingan.
©
Tekanan
Waktu
Tekanan waktu menimbulkan
dampak yang kuat terhadap pemberiaan bantuan. Individu yang tergesa-gesa karena
waktu sering mengabaikan pertolongan yang ada di depannya.
Penolong, meliputi :
©
Faktor
Kepribadian
Adanya ciri kepribadian
tertentu yang mendorong individu untuk memberikan pertolongan dalam beberapa
jenis situasi dan tidak dalam situasi yang lain. Misalnya, individu yang
mempunyai tingkat kebutuhan tinggi untuk diterima secara sosial, lebih
cenderung memberikan sumbangan bagi kepentingan amal, tetapi hanya bila orang
lain menyaksikannya. Individu tersebut dimotivasi oleh keinginan untuk
memperoleh pujian dari orang lain sehingga berperilaku lebih prososial hanya
bila tindakan itu diperhatikan.
©
Suasana Hati
Individu lebih terdorong untuk
memberikan bantuan bila berada dalam suasana hati yang baik, dengan kata lain,
suasana perasaan posiif yang hangat meningkatkan kesediaan untuk melakukan
perilaku prososial.
©
Rasa
Bersalah
Keinginan untuk mengurangi rasa
bersalah bisa menyebabkan individu menolong orang yang dirugikannya, atau
berusaha menghlangkannya dengan melkukan tindakan yang baik.
©
Distres dan
Rasa Empatik
Distres diri (personal
disterss) adalah reaksi pribadi individu terhadap penderitaan orang lain,
seperti perasaan terkejut, takut, cemas, prihatin, tidak berdaya, atau perasaan
apapun yang dialaminya. Sebaliknya, rasa empatik (emphatic concern)
adalah perasaan simpati dan perhatian terhadap orang lain, khususnya untuk
berbagi pengalaman atau secara tidak langsung merasakan penderitaan orang lain.
Distres diri terfokus pada diri sendiri yaitu memotivasi diri sendiri untuk
mengurangi kegelisahan pada diri sendiri dengan membantu orang yang
membutuhkan, tetapi juga dapat melakukannya denagn menghindari situasi tersebut
atau mengabaikan penderitaan di sekitarnya. Sebaliknya, rasa empatik terfokus
pada si korban yaitu hanya dapat dikurangi dengan membantu orang yang berada
dalam kesulitan dalam rangka meningkatkan kesejahteraannya.
Orang yang Membutuhkan Pertolongan, meliputi :
©
Menolong
orang yang disukai
Rasa suka awal individu
terhadap orang lain dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti daya tarik fisik
dan kesamaan. Karakteristik yang sama juga mempengaruhi pemberian bantuan pada
orang yang mengalami kesulitan. Sedangkan individu yang meiliki daya tarik
fisik mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk menerima bantuan. Perilaku
prososial juga dipengaruhi oleh jenis hubungan antara orang seperti yang
terlihat dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, individu lebih suka menolong
teman dekat daripada orang asing.
©
Menolong
orang yang pantas ditolong
Individu membuat penilaian
sejauh mana kelayakan kebutuhan yang diperlukan orang lain, apakah orang
tersebut layak untuk diberi pertolongan atau tidak. Penilaian tersebut dengan
cara menarik kesimpulan tentang sebab-sebab timbulnya kebutuhan orang tersebut.
Individu lebih cenderung menolong orang lain bila yakin bahwa penyebab
timbulnya masalah berada di luar kendali orang tersebut.
E.
Bentuk-bentuk
Perilaku Prososial
Menurut Mussen (1989:360,
dalam Dahriani, 2007: 34) bentuk-bentuk perilaku prososial memiliki beberapa
macam, diantaranya yaitu sebagai berikut :
©
Berbagi (sharing),
yaitu kesedian memberikan bantuan atau pertolongan kepada orang lain yang
sedang mengalami kesulitan, baik berupa moril maupun materiil. Menolong
meliputi membantu orang lain atau menawarkan sesuatu yang menunjang
berlangsungnya kegiatan orang lain.
©
Kerjasama (Cooperating),
yaitu kesediaan untuk bekerja sama denagn orang lain demi tercapainya suatu
tujuan. Cooperating biasanay saling menguntungkan, saling memberi,
saling menolong dan menenangkan.
©
Bertindak
jujur (Honesty), yaitu kesediaan untuk melaukukan sesuatu seperti apa
adanya, tidak berbuat curang terhadap orang lain.
©
Berderma (Donatig),
yaitu kesedian untuk memberikan secara sukarela sebagian barang miliknya kepada
orang yang membutuhkannya.
F.
Cara Meningkatkan Perilaku Prososial
Adapun beberapa cara untuk
meningkatkan perilaku prososial antara lain: (dalam Umm.ac.id)
©
Menyebarluaskan
penayangan model perilaku prososial
Dalam mengembangkan
perilaku-perilaku tertentu kita dapat melakukan melalui pendekatan behavioral
dengan model belajar sosial. Pembentukan perilaku prososial dapat kita lakukan
dengan sering memberikan stimulus tentang perilaku-perilaku baik (membantu
orang yang kesulitan dan lain sebagainya). Semakin sering seseorang memperoleh
stimulus, misalnya melalui media massa semakin mudah akan melakukan proses
imitasi (meniru) terhadap perilaku tersebut.
©
Memberikan
penekanan terhadap norma-norma prososial.
Norma-norma di masyarakat yang
memberikan penekanan terhadap tanggungjawab sosial dapat dilakukan melalui
lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat umum. Longgarnya sosialisasi dan
pembelajaran terhadap norma-norma ini akan mendorong munculnya prilaku
anti-sosial atau tidak peduli dengan lingkungan sekitar dan hal ini sangat
mengkhawatirkan bagi perkembangan psikologis dan sosial seseorang.
©
Memberikan
pemahaman tentang superordinate identity
Pandangan bahwa setiap orang
merupakan bagian dari kelompok manusia secara keseluruhan adalah hal penting
yang perlu dilakukan. Manakala seseorang merasa menjadi bagian dari suatu
kelompok yang lebih besar, ia akan berusaha tetap berada di kelompok tersebut
dan akan melakukan perbuatan yang menuntun ia dapa diterima oleh anggota
kelompok yang lain, salah satu cara adalah senantiasa berbuat baik untuk orang
lain. Ia akan menghindarkan diri dari perbuatan yang tidak disenangi oleh
kelompoknya, sehingga kondisi ini akan memberikan dorongan untuk senantiasa
berbuat baik untuk orang lain.
PRASANGKA
SOSIAL
A.
Pengertian
Prasangka Sosial
Prasangka sosial adalah
penilaian terhadap kelompok atau seorang individuyang terutama didasarkan pada
keanggotaan kelompok tersebut, artinya prasangkasosial ditujukan pada orang
atau kelompok orang yang berbeda dengannya ataukelompoknya.
B.
Ciri-Ciri Prasangka Sosial
Ciri-ciri dari
prasangka sosial berdasarkan penguatan perasaan in group dan out group :
1. Proses generalisasi terhadap perbuatan anggota kelompok lain.
1. Proses generalisasi terhadap perbuatan anggota kelompok lain.
Menurut Ancok dan
Suroso (1995), jika ada salah seorang individu darikelompok luar berbuat
negatif, maka akan digeneralisasikan pada semua anggota kelompok luar.
Sedangkan jika ada salah seorang individu yang berbuat negatif dari kelompok
sendiri, maka perbuatan negaitf tersebut tidak akan digeneralisasikan pada
anggota kelompok sendiri lainnya.
2. Kompetisi social
Kompetisi sosial
merupakan suatu cara yang digunakan oleh anggota kelompok untuk meningkatkan
harga dirinya dengan membandingkan kelompoknya dengan kelompok lain dan
menganggap kelompok sendiri lebih baik daripada kelompok lain.
3. Penilaian ekstrim terhadap anggota kelompok lain
Individu melakukan
penilaian terhadap anggota kelompok lain baik penilaian positif ataupun negatif
secara berlebihan. Biasanya penilaian yang diberikan berupa penilaian negatif.
4. Pengaruh persepsi selektif dan ingatan masa lalu.
Pengaruh persepsi
selektif dan ingatan masa lalu biasanya dikaitkan dengan stereotipe. Stereotipe
adalah keyakinan (belief ) yang menghubungkan sekelompok individu dengan
ciri-ciri sifat tertentu atau anggapan tentang ciri-ciri yang dimiliki oleh
anggota kelompok luar. Jadi, stereotipe adalah prakonsepsi ide mengenai kelompok,
suatu image yang pada umumnya sangat sederhana, kaku, dan klise serta tidak
akurat yang biasanya timbul karena proses generalisasi. Sehingga apabila ada
seorang individu memiliki stereotype yang relevan dengan individu yang
mempersepsikannya, maka akan langsung dipersepsikan secara negatif.
5. Perasaan frustasi (scope goating).
Menurut Brigham (1991),
perasaan frustasi (scope goating) adalah rasa frustasi seseorang sehingga
membutuhkan pelampiasan sebagai objek atas ketidakmampuannya menghadapi kegagalan.
Kekecewaan akibat persaingan antar masing-masing individu dan kelompok
menjadikan seseorang mencari pengganti untuk mengekspresikan frustasinya kepada
objek lain. Objek lain tersebut biasanya memiliki kekuatan yang lebih rendah
dibandingkan dengan dirinya sehingga membuat individu mudah berprasangka.
6. Agresi antar
kelompok
Agresi biasanya timbul
akibat cara berpikir yang rasialis, sehingga menyebabkan seseorang cenderung
berperilaku agresif.
7. Dogmatisme
Dogmatisme adalah
sekumpulan kepercayaan yang dianut seseorang berkaitan dengan masalah tertentu,
salah satunya adalah mengenai kelompok lain. Bentuk dogmatisme dapat berupa
etnosentrisme dan favoritisme. Etnosentrisme adalah paham atau kepercayaan yang
menempatkan kelompok sendiri sebagai pusat segala-galanya. Sedangkan,
favoritisme adalah pandangan atau kepercayaan individu yang menempatkan
kelompok sendiri sebagai yang terbaik, paling benar, dan paling bermoral.
C.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prasangka
Sosial
Proses pembentukan
prasangka sosial menurut Mar’at (1981) dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
©
Pengaruh
Kepribadian : Dalam perkembangan kepribadian seseorang akan terlihat pula
pembentukan prasangka sosial. Kepribadian otoriter mengarahkan seseorang membentuk
suatu konsep prasangka sosial, karena ada kecenderungan orang tersebut selalu
merasa curiga, berfikir dogmatis dan berpola pada diri sendiri.
©
Pendidikan
dan Status : Semakin tinggi pendidikan seseorang dan semakin tinggi status yang
dimilikinya akan mempengaruhi cara berfikirnya dan akan meredusir prasangka
sosial.
©
Pengaruh
Pendidikan Anak oleh Orangtua : Dalam hal ini orang tua memiliki nilai-nilai
tradisional yang dapat dikatakan berperan sebagai family ideologi yang akan
mempengaruhi prasangka sosial.
©
Pengaruh
Kelompok ; Kelompok memiliki norma dan nilai tersendiri dan akan mempengaruhi
pembentukan prasangka sosial pada kelompok tersebut. Oleh karenanya norma
kelompok yang memiliki fungsi otonom dan akan banyak memberikan informasi
secara realistis atau secara emosional yang mempengaruhi sistem sikap individu.
©
Pengaruh
Politik dan Ekonomi ; Politik dan ekonomi sering mendominir pembentukan
prasangka sosial. Pengaruh politik dan ekonomi telah banyak memicu terjadinya
prasangka social terhadap kelompok lain misalnya kelompok minoritas.
©
Pengaruh
Komunikasi ; Komunikasi juga memiliki peranan penting dalam memberikan
informasi yang baik dan komponen sikap akan banyak dipengaruhi oleh media massa
seperti radio, televisi, yang kesemuanya hal ini akan mempengaruhi pembentukan
prasangka sosial dalam diri seseorang.
©
Pengaruh
Hubungan Sosial : Hubungan sosial merupakan suatu media dalam mengurangi atau
mempertinggi pembentukan prasangka sosial. Sehubungan dengan proses belajar
sebagai sebab yang menimbulkan terjadinya prasangka sosial pada orang lain,
maka dalam hal ini orang tua dianggap sebagai guru utama karena pengaruh mereka
paling besar pada tahap modeling pada usia anak-anak sekaligus menanamkan
perilaku prasangka social kepada kelompok lain. Modelling sebagai proses meniru
perilaku orang lain pada usia anak-anak, maka orang tua dianggap memainkan
peranan yang cukup besar.
D.
Cara Mengurangi Prasangka Sosial
Terdapat
beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi dan mencegah timbulnya
prasangka, yaitu :
©
Melalukan kontak
langsung
©
Mengajarkan
pada anak untuk tidak membenci
©
Mengoptimalkan
peran orang tua, guru, individu dewasa yang dianggap penting oleh anak dan
media massa untuk membentuk sikap menyukai atau idak menyukai melalui contoh
perilaku yang ditunjukkan (reinforcement positive).
©
Menyadarkan
individu untuk belajar membuat perbedaan tentang individu lain, yaitu belajar
mengenal dan memahami individu lain berdasarkankarakteristiknya yang unik,
tidak hanya berdasarkan keanggotaan individu tersebut dalam kelompok tertentu.
REFERENSI :
©
Dayakisni,
Tri dan Hudainah. (2006). Psikologi Sosial. Malang : UMM Press.Mendatu,
Achmanto.
©
http://smartpsikologi.blogspot.com/2007/08/
mendefinisikan-prasangka.html (12 Desember 2008).Mendatu, Achmanto.
©
http://smartpsikologi.blogspot.com/2007/08/sebab-munculnya-prasangka.html
(12 Desember 2008).
©
Robert,
A. Baron dan Donn Byrne. (2004). Psikologi Sosial Edisi kesepuluh Jilid1.
Jakarta : Erlangga.Robert J, Sternberg. (2001).
©
Psychology
“ Search of The Human Mind” ThirdEdition. Harcout College Publisher.
USA._______. (2004).
©
http://library.usu.ac.id/download/fisip/kesos-irmawati3.pdf (12 Desember2008)
©
Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung:
Pustaka Setia
©
Chaplin,J. P. 2008. Kamus Psikologi Lengkap.
Jakarta: PT Raja Grafindo
©
Stenberg, J Robert. 2008. Psikologi Kognitif.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
©
Shaleh, Abdul Rahman & Wahab, Muhbib Abdul. 2004. Psikologi
Suatu Pengantar Dalam Persfektif Islam. Jakarta: Kencana
©
Shaleh, Abdul Rahman. 2009. Psikologi Suatu
Pengantar Dalam Perspektif Islam. Jakarta: Kencana
©
Rakhmat, Jalaluddin. 1996. Psikologi Komunikasi.
Edisi kesepuluh. Bandung: Rosdakarya
©
Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial.
Yogyakarta: C.V Andi Offset
©
Sarwono, Sarlito. 2009. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta:
Rajawali Press
©
Filedman, Robert S. 1999. Understanding Psychology.
Singapore: McGrow Hill College
©
As’ad, Moh, 1998. Psikologi Industri. Yogyakarta:
Liberty.
©
Winardi, 1992. Manajemen Prilaku Organisasi. Bandung:
PT Citra Aditya Bakti.
©
Soemanto, Wasty, 1987. Psikologi Pendidikan. Jakarta:
PT Bina Aksara.
©
Faturochman, Pengantar Psikologi Sosial,
Yogyakarta, Pustaka, 2006, hal. 82
©
C. George Boeree, Pssikologi Sosial,
Yokyakarta, Prismasophie, 2008, hal. 167
©
Opcit, Faturochman, hal. 85
©
Opcit, George Boeree, hal 170
©
Opcit, Faturchman, hal. 86
©
http://smileandsprit blogspot. Com /2011/ 03/factor-faktor-agresi. Html. Minggu, 18 Maret 2012
jam 10.00 wib.
©
David O. Sears, Jonathan L. Freenman & L. Anne
Peplau, Psikologi Sosial, Jakarta: Erlangga, 1994, hal. 19
©
Dahriani,
Adria. 2007. Perilaku Prososial Terhadap Pengguna Jalan Studi Fenomenologis
Pada Polisi Lalu Lintas (Skripsi). Semarang: Universitas Diponegoro.
©
Hasniani.
2011. Perilaku Prososial (Prosocial Behavior). Online.
http://hasnianni-hasnianni.blogspot.com/2011/03/perilaku-propososial-proposocial.html.
Diunduh tanggal 12 Maret 2012.
©
Multiply.com. 2008. Tingkah Laku Prososial. Online.
http://valmband.multiply.com/journal/item/27/TINGKAH_LAKU_PROSOSIAL&show_interstitial=1&u=Fjournal2Fitem.
Diunduh tanggal 12 Maret 2012.
©
Nevid,
Jeferry S., dkk. 2005. Psikologi Abnormal. Jakarta : Erlangga
©
Setyawati,
Tuti. 2010. Perilaku Anti Sosial. Online.
http://tutisetiyawati.blogspot.com/2010/10/perilaku-anti-sosial.html. Diunduh
tanggal 12 Maret 2012.
©
Silitonga
Ferry. 2010. Gangguan Kepribadian Antisosial (Psikopat).http://sosbud.kompasiana.com/2010/04/04/gangguan-kepribadian-antisosial-psikopat/.
Diunduh tanggal 12 Maret 2012.
©
Umm.ac.id. Tanpa Tahun. Empati dan Perilaku Prososial. Online.
http://p2kk.umm.ac.id/files/file/EMPATIDANPERILAKUPROSOSIAL.pdf. Diunduh
tanggal 12 Maret 2012.
Label:
Tugas Kampus
|
1 komentar
Langganan:
Postingan (Atom)
About Me
- Desti Wulandari
- Bandar Lampung, Lampung, Indonesia
- * Mahasiswi Universitas Lampung * Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik * Jurusan Sosiologi'10
Blog Archive
Total Tayangan Halaman
Pengikut
Labels
- ✿ ♥ ✿ (1)
- 2013 m (1)
- Alone (1)
- ANALISIS KEBIJAKAN SOSIAL (1)
- Beberapa Cara Membaypass Login Mikrotik Wi-Fi (HotSpot) (1)
- BELIEVE (1)
- Cara Membuat Subtitle indonesia dari Film Luar (1)
- Cara Rahasia Shortcut Ctrl+Enter pada Browser (1)
- CATNIP [Nepeta Cataria] (1)
- Curhat (2)
- health (3)
- Hope (1)
- Idul Adha 1433H (1)
- Kemaro Island (1)
- LAST MESSAGE FULL MEANING OF LIFE WITH HUMILITY (1)
- Mangan (1)
- Mengenang (1)
- Mungilnya Strawberry ku_^ (1)
- Nilai dan Norma (1)
- pengetahuan (1)
- Politik Hukum (1)
- Pray (1)
- Ramadhan (2)
- Sains (2)
- SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU (1)
- STORY (4)
- Tanpa Nama ... ??? (1)
- Teknologi (1)
- Tips (2)
- Tree (1)
- Tugas Kampus (80)
- Unik (20)
Diberdayakan oleh Blogger.