Senin, 19 November 2012

PostHeaderIcon the story of the apple tree




Andrie Wongso (sebagai narator)

Alkisah ada sebuah pohon apel
Yang sangat mencintai seorang bocah laki2 
Setiap hari si bocah berlarian
Mendatangi pohon tersebut
Dia merangkai daunnya dan dikenakan sebagai mahkota








Kadang bocah ini memanjat / bermain ayunan di antara dahan2 pohon
Saat lapar dia juga makan buah apelnya
Setelah letih bermain si bocah pun tertidur
Di keteduhan bayangan si pohon
Si bocah sangat mencintai pohon ini
Dan pohon pun demikian pula
Waktu cepat berlalu... si bocah tumbuh menjadi dewasa
Pohon merasa kesepian tanpa keriangan si bocah




Suatu hari si bocah yang telah dewasa
Datang kembali di bawah pohon
“hai anak muda Silahkan naik ke badan ku seperti dulu,” kata pohon dengan riang
"Makanlah buahku ayo kita bermain lagi,"  lanjutnya
Si bocah menjawab:
"Aku bukan anak kecil lagi Aku tidak akan memanjat pohon Dan bermain seperti dulu..."
“aku ingin membeli mainan. Aku perlu uang. Pohon bisakah kau memberikan uang?”
 
“maaf” kata pohon aku tidak punya uang, nak”
“ambilah buah apel dan daunku juallah kepasar kau akan mendapatkan uang bergembiralah"

Si bocah bersemangat segera memanjat dan memetik apel di pohon lalu membawanya pergi...
Lama sekali setelah itu si bocah tidak datang lagi
Pohon merasa sedih dan sepi

Hingga suatu hari si bocah datang kembali pohon merasa sangat gembira hingga bergetar
“ayo nak, naiklah ke badanku bermainlah seperti dulu”
“ aku sangat sibuk tidak sempat lagi bermain memanjat pohon “ kata si bocah
“aku ingin sebuah rumah u/ menghangatkan diri” bisakah kamu memberi?" Tanya si bocah berharap
Pohon pun menjawab : “aku tidak punya rumah hutan adalah rumahku”
"Tapi kamu bisa membelah hutan dan memotong dahan ku u/ membuat rumah"
Si bocah segera menebang dahan di pohon dan membawanya pergi...

Namun lama sekali setelah itu... si bocah tidak datang lagi

Saat si bocah datang lagi, saking gembiranya pohon tidak mampu berkata banyak :
"ayo nak,bermainlah"


“aku sudah tua “ bocah yang sudah berumur itu melanjutkan
“aku ingin sebuah perahu yang bisa membawaku pergi. Bisakah kau memberiku sebuah perahu?”


“Tebanglah aku dan buatlah perahu. pergilah berlayar dengan gembira,” kata si pohon. 

Si bocah tua pun menebang kayu dan membawanya pergi...

Setelah sekian lama si bocah tua kembali datang

Pohon berkata, “maaf nak, tidak ada apa pun yang bisa aku berikan kepadamu lagi”
 
Si bocah tua menjawab: “aku pun sudah tua, yang aku butuhkan tidak banyak lagi”
“ aku hanya ingin tempat yang tenang untuk beristirahat karena aku sangat latih”
“tepat sekali. Aku sisa pohon yang sudah tua, sangat tepat u/ kamu gunakan u/ duduk”
“mari nak, beristirahat di badanku”
Si bocah tua pun dengan badan terbungkuk meletakkan diri di atas pohon u/ beristirahat




Sahabat,...
pohon ini sama dengan ayah / ibu kita
saat mereka kesepian sendirian, saat mereka membutuhkan kita, di manakah kita, anak-anaknya berada?
Semua telah diberikan kepada kita. Berapa banyak waktu yang kita sisihkan u/ mereka.
Berapa perhatian yang telah kita berikan kepada mereka
Suatu hari kelak kita pun akan menjadi seperti pohon itu,
Semoga kita pun bisa menjadi pohon yang berbahagia

sumber: 











0 komentar:

Posting Komentar

About Me

Foto Saya
Desti Wulandari
Bandar Lampung, Lampung, Indonesia
* Mahasiswi Universitas Lampung * Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik * Jurusan Sosiologi'10
Lihat profil lengkapku

Total Tayangan Halaman

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.
Chococat is a registered trademark of Sanrio Co., Ltd. ("Sanrio"), and the images are copyrighted by Sanrio.