Kamis, 03 November 2011
Analogi
08.44 | Diposting oleh
Desti Wulandari |
Edit Entri
Pengertian Analogi
Analogi dalam bahasa Indonesia adalah
kias (Arab: Qasa=mengukur, membandingkan). Analogi
adalah suatu perbandingan yang mencoba membuat suatu gagasan terlihat benar
dengan cara membandingkannya dengan gagasan lain yang mempunyai hubungan dengan
gagasan yang pertama. Sedangkan dalam kitab Imam Ghozali
disebutkan
قياس
بيان المعانى المفردة ووجوه دلا لة الاءلفاظ عليها
Berbicara mengenai analogi adalah
berbicara tentang dua hal yang berlainan. Dua hal yang berlainan tersebut
dibandingkan. Jika dalam perbandingan itu hanya diperhatikan persamaannya saja
tanpa melihat perbedaannya, maka timbullah analogi, yakni persamaan di antara
dua hal yang berbeda.
Analogi merupakan salah satu teknik
dalam proses penalaran induktif. Sehingga analogi kadang-kadang disebut juga
sebagai analogi induktif, yaitu proses penalaran dari satu fenomena menuju
fenomena lain yang sejenis kemudian disimpulkan bahwa apa yang terjadi pada
fenomena yang pertama akan terjadi juga pada fenomena yang lain. Persamaan hanya terdapat pada anggapan orang saja. Ini
dalam kesusastraan disebut sebagai metafora. Oleh karena orang yakin bahwa
sebetulnya memang hanya anggapan saja, kerap kali dipakai kata seakan-akan atau
seolah-olah. Yang demikian ini bukanlah analogi sebenarnya, hanya
seolah-seolah. Bisa dikatakan analogi jika pengertian itu menunjuk perbandingan
dalam realitas.
Analogi, pertama kali dipakai oleh para
sahabat ketika mereka berselisih pendapat dalam pemilihan Abu bakar sebagai
Khalifah. Dalam hukum Islam, analogi disebut sebagai
Qiyas. Para sahabat menyetujui penggunaan analogi. Demikian juga para Fuqaha.
Masalah analogi telah menyebabkan banyak sekali pertentangan. Pengaturan
mengenai penggunaan analogi dalam pembuatan pertimbangan hukum merupakan salah
satu sebab yang menimbulkan perbedaan pendapat yang tajam antar sesama Fuqaha.
Macam-macam analogi
a. Analogi Induktif
Analogi induktif, yaitu analogi yang
disusun berdasarkan persamaan yang ada pada dua fenomena, kemudian ditarik
kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena pertama terjadi juga pada fenomena
kedua. Analogi induktif merupakan suatu metode yang
sangat bermanfaat untuk membuat suatu kesimpulan yang dapat diterima
berdasarkan pada persamaan yang terbukti terdapat pada dua barang khusus yang
diperbandingkan. Misalnya, Tim Uber Indonesia mampu
masuk babak final karena berlatih setiap hari. Maka tim Thomas Indonesia akan
masuk babak final jika berlatih setiap hari.
b. Analogi Deklaratif
Analogi deklaratif merupakan metode
untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar,
dengan sesuatu yang sudah dikenal. Cara ini sangat
bermanfaat karena ide-ide baru menjadi dikenal atau dapat diterima apabila
dihubungkan dengan hal-hal yang sudah kita ketahui atau kita percayai. Misalnya, untuk penyelenggaraan negara yang baik
diperlukan sinergitas antara kepala negara dengan warga negaranya. Sebagaimana
manusia, untuk mewujudkan perbuatan yang benar diperlukan sinergitas antara
akal dan hati.
Cara Menilai Analogi
Untuk menguji apakah analogi yang
dihasilkan cukup kuat untuk dipercaya, dapat kita gunakan analisa berikut:
a. Sedikit banyaknya peristiwa sejenis
yang dianalogikan. Semakin banyak peristiwa sejenis yang dianalogikan, semakin
besar taraf kepercayaannya. Misalnya, suatu ketika saya mengambil mata kuliah
Logika dengan dosen bapak Faizin dan ternyata beliau murah hati dalam memberikan
nilai kepada mahasiswanya, maka atas dasar analogi, saya bisa menyarankan
kepada teman saya, si B, untuk memilih bapak Faizin sebagai dosen mata kuliah
logikanya. Analogi saya menjadi lebih kuat setelah B juga mendapat nilai yang
memuaskan dari bapak Faizin. Analogi menjadi lebih kuat lagi setelah ternyata
C, D, E, dan F juga mengalami hal serupa.
b. Sedikit banyaknya aspek-aspek yang
menjadi dasar analogi. Semakin banyak aspek yang menjadi dasar analogi, semakin
besar taraf kepercayaannya. Misalnya, tentang flashdisk yang baru saja saya
beli di sebuah toko A. Bahwa flashdisk yang baru saya beli tentu akan awet dan
tidak mudah terserang virus karena flashdisk yang dulu dibeli di toko A juga
demikian. Analogi menjadi lebih kuat lagi misalnya diperhitungkan juga
harganya, mereknya, dan kapasitasnya.
c. Sifat dari analogi yang kita buat.
Semakin rendah taksiran yang dianalogikan, semakin kuat analogi itu. Misalnya,
Ahmad yang duduk di kelas unggulan di SLTP Harapan Bangsa dapat menyelesaikan
50 soal matematika dalam waktu 60 menit. Kemudian kita menyimpulkan bahwa
Olivia, teman satu kelas Ahmad juga akan bisa menyelesaikan 50 soal matematika
dalam waktu 60 menit, analogi demikian cukup kuat. Analogi ini akan lebih kuat
jika kita mengatakan bahwa Olivia akan menyelesaikan 50 soal matematika dalam
waktu 50 menit, dan menjadi lemah jika kita mengatakan bahwa Olivia akan
menyelesaikan 50 soal matematika dalam waktu 75 menit.
d. Mempertimbangkan ada tidaknya
unsur-unsur yang berbeda pada peristiwa yang dianalogikan. Semakin banyak
pertimbangan atas unsur-unsurnya yang berbeda, semakin kuat analogi itu.
Misalnya, kita menyimpulkan bahwa Fahri adalah mahasiswa yang pandai karena dia
berhasil menjadi delegasi untuk dikirim ke Mesir. Analogi ini menjadi lebih
kuat jika dipertimbangkan juga perbedaan yang ada pada para delegasi
sebelumnya, A, B, C, D dan E yang mempunyai latar belakang yang berbeda dalam
ekonomi, pendidikan SLTA, keluarga, daerah, pekerjaan orang tua, toh kesemuanya
adalah mahasiswa yang pandai.
e. Relevan dan tidaknya masalah yang
dianalogikan. Bila masalah yang dianalogikan itu relevan, maka semakin kuat
analogi itu. Bila tidak, analoginya tidak kuat dan bahkan bisa gagal. Analogi
yang relevan biasanya terdapat pada peristiwa yang mempunyai hubungan kausal. Misalnya,
kita tahu bahwa sambungan rel kereta api dibuat tidak rapat untuk menjaga
kemungkinan mengembangnya. Bila kena panas, rel tetap pada posisinya. Maka
ketika hendak membangun rumah, kita menyuruh tukang untuk memberikan jarak pada
tiap sambungan besi pada rangka rumah. Disini kita hanya mendasarkan pada suatu
hubungan kausal bahwa karena besi memuai bila kena panas, maka jarak yang
dibuat antara dua sambungan besi akan menghindarkan bangunan dari bahaya
melengkung.
Kesesatan Analogi
Disamping faktor-faktor tersebut di
atas, yang bisa disebut faktor-faktor obyektif, juga ada faktor-faktor
subyektif, yang mempengaruhi tinggi rendahnya probabilitas analogi. Faktor
subyektif itu terletak pada diri manusia yang berpikir dan berupa
kondisi-kondisi tertentu, yang bersifat pribadi dan tidak disadari.
Kesalahan dalam membuat analogi bisa
terjadi karena beberapa hal. Pertama, tergesa-gesa, yaitu terlalu cepat
menarik konklusi, sedang fakta-fakta yang dijadikan dasarnya tidak cukup
mendukung konklusi itu. Kedua, kecerobohan, kesimpulan yang ceroboh
terjadi karena mengabaikan adanya faktor-faktor analogi yang penting. Ketiga,
prasangka, prasangka membuat orang tidak mengindahkan fakta-fakta yang tidak
cocok dengan konklusi. Keempat, memaksa, menjadikan ide agar terlihat
benar dengan cara membandingkannya dengan ide lain yang sesungguhnya tidak
mempunyai hubungan dengan ide yang pertama tadi.
Analogi yang pincang karena hal-hal
tersebut di atas amat banyak digunakan dalam perdebatan maupun dalam propaganda
untuk menjatuhkan pendapat lawan maupun mempertahankan kepentingan sendiri.
Karena sifatnya seperti benar, analogi ini sangat efektif pengaruhnya terhadap
pendengar.
Analisis Kritis
Secara umum, analogi merupakan proses
penalaran dengan cara mencari persamaan di antara dua hal yang berbeda. Analogi
banyak dimanfaatkan sebagai penjelasan atau sebagai dasar penalaran. Sebagai
penjelasan biasanya disebut perumpamaan atau persamaan. Secara tidak sadar,
sebenarnya kita sangat sering menggunakan analogi. Tidak sedikit orang yang
menggunakan analogi dalam memberikan penjelasan, karena dengan analogi maksud
dan tujuan lebih mudah untuk diterima. Begitu juga dalam pembelajaran.
Seringkali pendidik menggunakan analogi dalam menyampaikan pelajaran kepada
peserta didik.
Sebelum saya menyusun makalah ini, saya
kurang menyadari akan penggunaan analogi yang kerap kali digunakan. Kemudian
ketika saya menyusun makalah berjudul Analogi ini, saya menjadi lebih tahu
mengenai analogi dan macam-macamnya. Semenjak itulah saya mencoba memperhatikan
dosen-dosen saya dengan seksama ketika mereka berbicara, menjelaskan materi
kuliah, ternyata tidak sedikit dosen yang menggunakan analogi.
Setelah jauh memahami analogi ternyata
tidak semua analogi itu bisa diterima atau dipercaya begitu saja. Oleh karena
analogi ini banyak dimanfaatkan dalam sebuah penjelasan dan sangat efektif
pengaruhnya terhadap pendengar, maka perlu diketahui mana analogi yang sesuai
aturan dan mana analogi yang timpang. Analogi yang timpang, dalam beberapa buku
disebut sebagai analogi palsu atau kesesatan analogi atau analogi yang pincang.
Kekeliruan dalam analogi disebabkan oleh beberapa faktor, baik faktor subyektif
maupun faktor obyektif. Faktor subyektif itu terletak pada diri manusia yang
berpikir dan berupa kondisi-kondisi tertentu, yang bersifat pribadi dan tidak
disadari. Misalnya karena tergesa-gesa, kecerobohan, prasangka, atau terlalu
memaksakan dalam membuat analogi. Sedangkan faktor obyektifnya ada beberapa
macam. Faktor obyektif ini dapat digunakan sebagai alat ukur probabilitas suatu
analogi. Pertama, Sedikit banyaknya peristiwa sejenis yang dianalogikan.
Kedua, Sedikit banyaknya aspek-aspek yang menjadi dasar analogi. Ketiga,
Sifat dari analogi yang kita buat. Keempat, Mempertimbangkan ada
tidaknya unsur-unsur yang berbeda pada peristiwa yang dianalogikan. Kelima,
Relevan dan tidaknya masalah yang dianalogikan.
Dengan memperhatikan faktor-faktor
tersebut maka bisa diketahui apakah analogi yang dihasilkan cukup kuat untuk
dipercaya atau malah sebaliknya, analogi yang dihasilkan adalah analogi yang
pincang.
Akhirnya, perlu diketahui bahwasanya
pengetahuan mengenai analogi penting untuk dikaji dalam rangka menghindari
kekeliruan dalam membuat analogi. Karena analogi yang salah bisa menyebabkan
pemahaman yang salah terhadap fenomena yang dianalagikan. Analogi yang pincang
amat banyak digunakan dalam perdebatan maupun dalam propaganda untuk
menjatuhkan pendapat lawan maupun mempertahankan kepentingan sendiri. Karena
sifatnya seperti benar, analogi ini sangat efektif pengaruhnya terhadap
pendengar.
Kesimpulan
Dalam membuat sebuah perbandingan,
orang mencari persamaan dan perbedaan di antara hal-hal yang diperbandingkan.
Jika dalam perbandingan itu orang hanya memperhatikan persamaannya saja tanpa
melihat perbedaannya, maka timbullah analogi, persamaan di antara dua hal yang
berbeda. Analogi adalah suatu perbandingan yang mencoba membuat suatu gagasan
terlihat benar dengan cara membandingkannya dengan gagasan lain yang mempunyai
hubungan dengan gagasan yang pertama. Ada dua macam analogi, yaitu analogi
induktif dan analogi deklaratif. Untuk menguji apakah analogi yang dihasilkan
cukup kuat untuk dipercaya, dapat kita gunakan beberapa analisa berikut. Pertama,
Sedikit banyaknya peristiwa sejenis yang dianalogikan. Kedua, Sedikit
banyaknya aspek-aspek yang menjadi dasar analogi. Ketiga, Sifat dari
analogi yang kita buat. Keempat, Mempertimbangkan ada tidaknya
unsur-unsur yang berbeda pada peristiwa yang dianalogikan. Kelima,
Relevan dan tidaknya masalah yang dianalogikan.
Analogi yang pincang amat banyak
digunakan dalam perdebatan maupun dalam propaganda untuk menjatuhkan pendapat
lawan maupun mempertahankan kepentingan sendiri. Karena sifatnya seperti benar,
analogi ini sangat efektif pengaruhnya terhadap pendengar. Oleh karena itu,
pengetahuan mengenai analogi penting untuk dikaji dalam rangka menghindari
kekeliruan dalam membuat analogi. Karena analogi yang salah bisa menyebabkan
pemahaman yang salah terhadap fenomena yang dianalagikan.
Analogi ialah kenyataan yang dicipta
daripada perbandingan antara satu perkara dengan perkara yang lain berdasarkan
ciri-ciri persamaan dan perbezaan untuk menyatakan maksud tertentu.
Biasanyanya analogi
menggunakan kata bandingan seperti, bagai, macam, umpama untuk
membandingkan suatu perkara dengan perkara atau objek yang lain bagi menyatakan
maksud tertentu.
Tujuan :
1. Membantu seseorang
menambah dan mempercepatkan kefahaman tentang sesuatu
perkara.
2. Membuat justifikasi
terhadap rumusan yang dibuat berdasarkan persefahaman
antara satu objek dengan yang lain.
3. Untuk menonjolkan ciri am yang
terdapat pada objek- objek tersebut.
4. Memungkinkan seseorang
mencipta analogi sendiri.
Pengurusan Lisan Mencipta Analogi :
Beberapa soalan boleh dikemukakan
untuk membantu mengembangkan lagi kemahiran mencipta analogi
1. Objek iti sama seperti apa?
2. Sejauhmanakah objek kedua itu
sama dengan objek
pertama ?
Contoh Analogi :
1. Badannya kurus macam
lidi
2. Benda itu bujur
macam telur
3. Bangunan di Kuala
Lumpur tumbuh macam cendawan
4. Kanak-kanak itu lapar
seperti anak burung yang kehilangan ibu.
5. Orang itu garang macam harimau.
Label:
Tugas Kampus
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
About Me
- Desti Wulandari
- Bandar Lampung, Lampung, Indonesia
- * Mahasiswi Universitas Lampung * Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik * Jurusan Sosiologi'10
Blog Archive
-
▼
2011
(67)
-
▼
November
(22)
- MESIN-MESIN PEMERINTAHAN
- TEORI KONFLIK
- Paper UTS Perubahan Sosial
- PERAPIAN DATA
- SUMBER-SUMBER DATA DEMOGRAFI
- Paradigma Sosial
- SOSIOLOGI
- Paradigma-paradigma Sosiologi
- Hukum Waris Islam
- PRODUKSI
- PERKAWINAN DALAM ISLAM
- Filsafat Hukum
- Politik Hukum
- Disiplin Hukum Empiris
- Disiplin Konsep Hukum
- Disiplin Hukum Normatif
- DISIPLIN ILMU HUKUM
- SUMBER HUKUM
- KERAGAMAN ARTI DAN CARA PEMBEDAAN HUKUM
- HUKUM DAN MASYARAKAT
- Analogi
- Chi-Square
-
▼
November
(22)
Total Tayangan Halaman
Pengikut
Labels
- ✿ ♥ ✿ (1)
- 2013 m (1)
- Alone (1)
- ANALISIS KEBIJAKAN SOSIAL (1)
- Beberapa Cara Membaypass Login Mikrotik Wi-Fi (HotSpot) (1)
- BELIEVE (1)
- Cara Membuat Subtitle indonesia dari Film Luar (1)
- Cara Rahasia Shortcut Ctrl+Enter pada Browser (1)
- CATNIP [Nepeta Cataria] (1)
- Curhat (2)
- health (3)
- Hope (1)
- Idul Adha 1433H (1)
- Kemaro Island (1)
- LAST MESSAGE FULL MEANING OF LIFE WITH HUMILITY (1)
- Mangan (1)
- Mengenang (1)
- Mungilnya Strawberry ku_^ (1)
- Nilai dan Norma (1)
- pengetahuan (1)
- Politik Hukum (1)
- Pray (1)
- Ramadhan (2)
- Sains (2)
- SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU (1)
- STORY (4)
- Tanpa Nama ... ??? (1)
- Teknologi (1)
- Tips (2)
- Tree (1)
- Tugas Kampus (80)
- Unik (20)
Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar