Jumat, 09 Maret 2012
Dasar Perencanaan
18.34 | Diposting oleh
Desti Wulandari |
Edit Entri
Pengertian Perencanaan Sosial
Nicholas
White seorang Direktur NGO Belgia, Chrisis group International pernah
mengatakan "If we fail to plan, we plan to fail". Perencanaan
pada sejatinya merupakan usaha secara sadar, terorganisir dan terus menerus
dilakukan guna memilih alternatif yang mencapai tujuan tertentu. Kaitannya
dengan perencanaan masyarakat untuk tujuan pemberdayaan maka lebih spesifik
perencanaan ini disebut sebagai perencanaan sosial (Social Planning).
PBB
memberikan definisi atas perencanaan sosial ini dengan meliputi tiga terma
pengertian, yakni :
1. Perencanaan sosial pada sektor sosial, perencanaan ini meliputi sektor
kesejahteraan sosial, pendidikan, kesehatan, perumahan, kependudukan dan
keluarga berencana.
2. Perencanaan sosial pada lintas sektoral, perencanaan yang lebih dari
sekedar perencanaan ekonomi, akan tetapi perencanaan pada berbagai sektor.
3. Perencanaan sosial sebagai aspek-aspek sosial dari perencanaan ekonomi.
Pada
pengertian perencanaan tercakup dua dimensi penting, yaitu; perencanaan sosial
sebagai perencanaan input sosial bagi perencanaan ekonomi, dan perencanaan
sosial sebagai perencanaan yang ditujukan untuk menghindari, mencegah berbagai
akibat sosial yang tidak diharapkan dari adanya Pembangunan ekonomi.
Pada
tingkatan kesejahteraan kosial maka perencanaan ini memiliki pengertian sebagai
serangkaian kegiatan yang terorganisir yang ditujukan untuk memungkinkan
individu, kelompok serta masyarakat dapat memperbaiki keadaan mereka sendiri,
menyesuaikan diri dengan kondisi yang ada serta dapat berpartisipasi dalam
tugas-tugas pembangunan.
b.
Model-model Perencanaan Sosial
Asumsi dan
tujuan sebuah perencanaan sosial tergantung pada model perencanaan yang
dipilih. Ada empat model dalam perencanaan:
1.
Rasional Komprehensif
Prinsip
utama model ini menunjukan bahwa perencanaan merupakan suatu proses yang
teratur dan logis sejak diagnosis masalah sampai pada pelaksanaan kegiatan
(penerapan program).
Karena
mengandung prinsip teratur dan logis, model ini sangat mengedepankan aspek
teknis metodologis yang didasarkan pada faktor-faktor, teori-teori dan
nilai-nilai tertentu yang relevan.
2.
Inkremental
Model ini
terlahir sebagai penambah Model Rasional Komprehensif. Model ini
mengedepankan perubahan-perubahan kecil sebagai penambah pada aspek-aspek
program yang sudah ada, bukanlah mengadakan perubahan-perubahan yang bersifat
radikal.
Sebenarnya
yang paling penting pada model ini bahwa dalam perencanaan hanya ditentukan choice
yang lebih diutamakan terhadap policy yang berbeda secara marginal.
3.
Mixedscanning (Pengamatan terpadu/ Penyelidikan Campuran)
Model ini
merupakan model jalan tengah dari kedua model sebelumnya. Model perencanaan ini
dikembangkan oleh Amitas Etzioni melalui karyanya Mixedscanning: A Thord
Approach to Decision Mixedscanning. Benang merah model ini adalah
tambahan-tambahan dari model Rasional Komprehensif yang lebih pada fundamental
dengan menjajaki alternatif-alternatif utama yang dihubungkan dengan
tujuan-tujuan dan Model Inkremental yang disusun diatas keputusan-keputusan
fundamental. Dari keduanya dengan model ini didapatkan hal-hal yang ditail dan
spesifik sebagai keseluruhan pandangan.
4.
Transaksi
Secara
gamblang model ini lebih mudah dipahami karena model ini hanya menekankan suatu
model perencanaan yang mengedepankan interaksi dan komunikasi antara planner
dengan penerima perencanaan (pelayanan).
c.
Proses Perencanaan dalam Pemetaan Sosial
Pada proses
perencanaan ini ada hal-hal yang harus dilewati dan dimengerti secara
sistematis, yaitu identifikasi masalah. Identifikasi masalah sangat erat
kaitannya dengan asesmen kebutuhan (Need Assesment). Asesmen kebutuhan
dapat diartikan sebagai penentuan besarnya atau luasnya suatu kondisi dalam
suatu populasi yang ingin diperbaiki atau penentuan kekurangan dalam kondisi
yang ingin direalisasikan.
Mengenai ini
Earl Rubington dan Martin Weinberg dalam karya mereka The Study of Social
Problem mendefinisikan masalah sosial sebagai an alleged situation that
is incompatible with the values of significant number of people who agree that
action is needed to alter the situation. [5]
Dari paparan
dan Rubington dan Martin tersebut, setidaknya ada empat pengertian dasar dalam
permasalahan sosial, yaitu;
a.
An Alleged situation (situasi yang diungkapkan atau dinyatakan).
b.
Incompatible with value (kondisi yang tidak sesuai dengan nilai atau moral ataupun hal-hal yang
dianggap layak).
c.
A significant number of people (kondisi ini dinyatakan oleh beberapa orang penting atau para ahli sebagai
suatu permasalahan sosial).
d.
Action is needed (mengenai situasi dan kondisi ini diungkapkan perlu adanya suatu aksi
sosial atau aksi perubahan).
a.
Kebutuhan absolut, yaitu kebutuhan dasar yang
harus dipenuhi oleh manusia agar dapat mempertahankan kehidupannya (survive)
b. Kebutuhan normatif, adalah kebutuhan yang didefinisikan oleh ahli atau
tenaga profesional dimana kebutuhan ini biasanya didasarkan atas dasar tertentu
c.
Kebutuhan yang dirasakan, adalah sesuatu yang
dianggap oleh oarang sebagai kebutuhannya
d. Kebutuhan yang dinyatakan, adalah kebutuhan yang dirasakan yang kemudian
berubah atau diubah menjadi kebutuhan yang dinyatakan sebagai kebutuhan yang
penting berdasarkan banyaknya permintaan atas kebutuhan tersebut
e.
Kebutuhan komparatif, adalah kebutuhan hasil
perbandingan dari wilayah-wilayah yang berbeda untuk kelompok masyarakat yang
memiliki karekteristik yang sama.
Menjadi
tolak ukur penting pula dalam perencanaan setelah tahapan identifikasi masalah,
adalah bagaimana kejelian seorang perencana melakukan pemetaan sosial.
1. Social Survey, adalah pengumpulan informasi standar dari sampel orang atau
household (rumah tangga) yang diseleksi secara hati-hati guna dibandingkan
mengenai sejumlah orang yang relatif banyak pada kelompok sasaran tertentu.
2. Rapid Appraisal, merupakan metode untuk mengumpulkan informasi mengenai
pandangan dan masukan dari populasi sasaran dan staholders mengenai kondisi
geografis dan sosial ekonomi.
Participatory, adalah metode pengumpulan data yang melibatkan kerjasama
aktif antara pengumpul data dengan responden, biasanya pertanyaan-pertanyaan
pada responden-pun tidak terlalu baku, melainkan hanya garis besarnya saja.
Pada tingkat
Masyarakat (Community Level) biasanya perencana social bekerja pada agen-agen
yang berada di bawah pemerintah ataupun Lembaga Swadaya Masyarakat.
Adapun peran
yang biasa dilakukan perencana sosial tingkat masyarakat adalah:
- Perencanaan yang bersifat sektoral yang penjangkauannya lebih pada sektor pelayanan atau populasi yang spesifik.
- Peranannya lebih pada memberikan masukan pada sistem perundang-undangan atau kebijakan di bidang pelayanan kesehatan, kesehatan mental atau pelayanan pada anak-anak muda.
- Pelayanan yang bersifat direct service, dalam 4 bentuk:
·
Menggalang
dukungan untuk mencapai ideologi, program atau keuangan
·
Mengarahkan
proses perubahan dalam organisasi seperti dalam peningkatan kualitas Sumber
Daya Manusia, Perekrutan Tenaga Ahli, Fasilitas, Pendanaan, dll
·
Menentukan
wilayah pelayanan atau program.
·
Merubah atau
mengembangkan komunitas atau program sosial yang berada di luar wilayah
pelayanan, namun pelayanan itu penting untuk dilakukan, seperti
organisasi-organisasi pelayanan internasional (IOM, SC, WVI, etc)
Pada
kenyataannya yang paling banyak dilakukan oleh perencana sosial di tingkat
komunitas atau masyarakat adalah perencanaan yang bersifat sektoral dan menjadi
advokasi dalam memberi masukan pada sistem perundang-undangan atau kebijakan.
Umumnya
lembaga-lembaga pelayanan di tingkat komunitas ini mempunyai wilayah kerja atau
karakteristik kelompok sasaran yang sama, untuk itu perlu dibentuk lembaga
koordinasi yang biasanya berada dibawah pemerintah, terutama lembaga-lembaga
pemerintahan yang terkait (Dinas, Departemen dll)
Lembaga-lembaga
pelayanan sosial swasta umumnya mempunyai karakteristik memberi pekayanan pada
1 jenis pelayanan (spesifik/ spesialisasi)
Dalam
melakukan perencanaan biasanya tidak pernah terlepas dari sektor-sektor terkait
(lintas sektoral), dimana masing-masing lembaga mempunyai tujuan yang khusus
dan populasi yang khusus. Untuk itu diperlukan satu koordinator yang dalam
kerjanya menggunakan pendekatan-pendekatan holistik/ komprehensif.
Biasanya
kedudukan perencana sosial dalam suatu organisasi dapat sebagai executive
director yang mempunyai akses pada pembuatan kebijakan di tingkat atas, namun
tidak mempunyai akses pada pelaksanaan perencanaan yang telah dibuat. Posisi
lainnya adalah berada di antara menejerial dan operasional atau berada di dua
posisi ini sekaligus, mereka biasanya mempunyai otoritas pada pengembangan
program dan pelaksanaan program sehingga perencana dapat memahami pula
implikasi dari masing-masing kebijakan/ progrma yang dibuat.
Seorang
perencana sosial selalu mempunyai tugas dan tanggung jawab sesuai dengan
pekerjaannya, dan setiap perencan juga mempunyai atribut yang melekat dalam
diri mereka yang sedikit banyak juga turut mempengaruhi perencanaan yang mereka
buat.
Adapun
atribut tersebut adalah Ideologi (sekumpulan nilai-nilai); Karakter (dapat
mempengaruhi dalam melihat masalah); Pengetahuan, keterampilan dan pengalaman;
serta Kepribadian dan Kredibilitas perencana.
Ideologi mempunyai pengaruh dalam melihat
masalah, seperti mereka yang mengusung ideologi konsensus selalu menekankan
pada kesatuan, memilih masalah yang memang dirasakan oleh sebagaian besar
masyarakat, tidak memihak karena mereka umumnya menghindari konflik atau
kompetisi, mereka biasanya mengutamakan kompromi, negosiasi. Sedangkan mereka
yang mengusung ideologi konflik umumnya mereka fokus pada satu kelompk
masyarakat tertentu (spesifik) tidak terlalu mementingkan kepentingan umum atau
nilaia-nilai yang berlaku umum, umumnya lebih menempatkan diri mereka sebagai
partisanlebih memeperhatikan atau menekankan pada kekuasaan dan pengaruh
politik dan peran yang biasa dilakukan dengan melakukan aksi sosial maupun
konflik.
Secara umum
nilai-nilai yang tidak boleh hilang dalam melakukan perencanaan sosial adalah
nilai-nilai sosial seperti HAM, kemanusiaan, keadilan, dll.
Karakter ini dapat dilihat dari bagaimana
cara perencana memilih permasalahan. Biasanya ada perencana yang lebih melihat
masalah dari ketertarikan atau interest perencana atau lebih pada kesesuai
dengan kemampuan yang mereka miliki. Mereka yang seperti ini dikenal sebagai
operasionalist yaitu orang yang hanya tahu apa yang pernah mereka lakukan,
menggunakan metode yang pernah mereka gunakan sehingga perencana seperti ini
tidak berkembang, hanya sebagai pelaku berdasarkan hukum-hukum dari instrumen
perencanaan yang sudah ada.
Bentuk kedua
adalah mereka yang memulai dengan mencari data selengkap-lengkapnya, penekanan
pada kelengkapan data. Kegiatan perencanaan baru dilakukan setelah kajian
dilakukan dan pemahaman terhadap permasalahan dipahami secara menyeluruh.
Kendala yang dihadapi adalah terlalu lama waktu yang dibutuhkan dalam
pengumpulan data, sehingga energi habis diawal proses pembuatan perencanaan
sedangkan biasanya perhatian akan berkurang ketika melakukan perencanaan dan
pelaksanaan program.
Bentuk
ketiga adalah perencana sosial yang mengutamakan kepuasan dari kelompok
sasaran/ klien/ stake holder. Biasanya mereka melakukan pengamatan keadaan
kelompok sasaran saat ini dan melakukan observasi pada masalah-masalah sosial
serta implikasinya. Perencana lebih menekakan pada pentingnya proses dan hasil.
Aksi atau pelaksanaan kebijakan atau program selalu ditentukan pada apa yang
fisibel dan apa yang tidak.
Pengetahuan
dan keterampilan turut
mempengaruhi perencana dalam melihat permasalahan. Pengetahuan dan keterampilan
didapat dari teori dan pengalaman. Yang dimaksud dengan Keterampilan diantaranya
negosiasi, diagnosa masalah, menentukan masalah, dll. Perencanaan akan efektif
jika antara pengetahuan dan keterampilan dapat menjangkau kegiatan organisasi,
kebutuhan, keinginan dan karakter dari populasi.
Kepribadian dan latar belakang kehidupan perencana
turut menetukan sukses tidaknya suatu perencanaan. Kredibilitas seorang
perencana pun turut mempengaruhi perencanaan yang akan disusun terutama
kredibilitas ini dilihat dari sisi pengetahuan, keterampilan serta pengalaman
yang mereka miliki.
Permasalahan
yang muncul terkadang perencana dalam posisi ditengah-tengah antara masyarakat
dengan seperangkat kepentingan dan kebutuhan dengan pihak-pihak pemberi kerja
atau donor.
Perlu
diperhatikan bahwa tidak ada value-free-social planning, maksudnya dalah masalah
atau perencanaan sosial dibuat berdasarkan banyak pertimbangan yang dipengaruhi
oleh banyak pihak (masyarakat, donor, lembaga, politik, negara dll)
Keuntungan
mempekerjakan perencana sosial profesional diantaranya adalah
- Perencana sosial profesional memiliki pandangan yang lebih luas terhadap isu-isu dan problema-problema yang ada dalam setiap aspek perencanaan sosial.
- Perencana sosial profesional memiliki tingkat tertentu dalam hal keterampilan serta beberapa teknik analisa yang sudah diketahui bersifat umum untuk berbagai jenis perencanaan sosial.
Perencana
Sosial Profesional ini biasanya berasal dari:
- Mereka yang memulai karirnya dengan mengkhususkan diri pada satu bentuk atau jenis pembangunan sosial atau perencanaan sosial, kemudian melanjutkan minat atau perhatiannya pada aspek-aspek perencanaan sosial yang lain.
- Mereka yang bekerja sebagai administrator umum atau perencanaan pembangunan yang meningkatkan suatu minat tertentu dalam aspek-aspek sosial di dalam pembangunan dan perencanaan.
- Mereka yang memilik latar belakang pendidikan sosiologi, kesejahteraan sosial antropologi atau bidang ilmu lainnya yang mengambil keputusan untuk memanfaatkan keterampilan akademisnya dalam praktek.
- Mereka yang khusus di didik atau dilatih sebagai perencana sosial.
Terdapat 4
komponen penting yang harus ada dalam latihan perencanaan sosial, diantaranya:
- Pengantar studi pembangunan secara umum dan khususnya formulasi kebijaksanaan dan pembangunan sosial.
- Pengantar struktur pemerintahan dan administrasi serta peran peran dan metode perencanaan pembangunan.
- Analisa peran perencanaan sosial dalam berbagai bentuk.
- Batasan-batasan mengenai keterampilan dan teknik dasar yang dibutuhkan perencanaan sosial.
Setelah
pelatihan para perserta didik harus diberikan kesempatan untuk
menspesialisasikan diri pada aspek-aspek atau bentuk perencanaan sosial
tertentu.
Mengatasi
Permasalahan Penolakan Pada Pembaharuan
Faktanya organisasi atau masyarakat sulit untuk menghadapi perubahan, karena mereka sudah mempunyai rutinitas yang sudah mereka mengerti atau jalani. Selain itu perubahan biasanya berkorelasi dengan masalah keuangan.
Faktanya organisasi atau masyarakat sulit untuk menghadapi perubahan, karena mereka sudah mempunyai rutinitas yang sudah mereka mengerti atau jalani. Selain itu perubahan biasanya berkorelasi dengan masalah keuangan.
Apalagi
suatu oerganisasi yang sudah lama melakukan penanganan masalah sosial, umumnya
mereka sudah mempunyai mekanisme yang mapan sehingga ada ke engganan untuk
melakukan perubahan.
Perubahan
memang tidak dapat dilakukan dengan paksaan, seorang perencana harus berusaha
untuk meyakinkan dan dilakukan secara perlahan dengan mengikut sertakan
orang-orang yang berkepentingan dalam proses perubahan yang dilakukan.
Ada beberapa
alasan mengapa terjadi penolakkan pada perubahan diantaranya:
- Merasa terhina jika perubahan ataupun usulan perubahan itu datang dari pihak luar.
- Adanya alasan kuangan, ketidaktersediaan dana untuk melakukan perubahan atau perubahan dirasakan tidak efisien sehingga dirasakan terlalu banyak membutuhkan biaya.
- Perubahan akan mengganggu proses menejemen, karena perubahan biasanya menuntut adanya penambahan atau perubahan keterampilan atau pengetahuan dan konsekuensinya membutuhkan tenaga baru seklaigus akan mengganggu status quo.
- Dibutuhkan waktu yang lama untuk mencapai kondisi atau situasi seperti saat ini sedangkan perubahan menuntut pengambilan risiko yang cepat.
Seorang
perencana harus berusaha dengan segala kemampuan dan pengetahuan serta pengalamannya
untuk tetap melakukan perubahan dengan menggunakan prosedur-porsedur dan
teknik-teknik perencanaan dan perubahan yang terjadi nanti harus etap sesuai
dengan tujuan atau visi misi dari lembaga yang bersangkutan atau masyarakat.
Pada
kenyataan yang terjadi secara umum bahwa sebuah organisasi baru atau pegawai
baru lebih banyak dari mereka yang mau mengambil risiko karena mereka umumnya
masih mempunyai semangat yang tinggi, dan lama kelamaan suatu organisasi atau
pegawai itu makin mapan dan berkembang sehingga mulai terbentuk suatu prosedur
dan peraturan-peraturan yang mulai di formalkan. Kemudian suatu organisasi atau
pegawai mulai memikirkan bagaimana cara untuk bertahan (survive) dan mulai
memikirkan bagaimana membuat organisasi mereka itu lebih maju ketimbang
memikirkan penemuan-penemuan baru yang kemungkinan akan mengganggu status
kemapanan yang telah dicapai. Karena perubahan juga tidak selalu menjamin
adanya suatu inovasi dan suatu inovasi juga tidak selalu menghasilkan pelayanan
yang efektif atau lebih baik.
Perubahan
biasanya terjadi karena adanya tuntutan perluasan wilayan pelayanan dan atau
ada data baru tentang program tertentu, sehingga suatu organisasi harus
merekrut tenaga baru dengan ide-ide baru serta pengetahuan dan keterampilan
yang lain. Namun kenyataannya perekrutan tenaga baru cukup memakan waktu dan
biaya yang tidak sedikit, jika perekrutan dilakukan oleh lembaga khusus yang
menangani perekrutan terkadang hasilnya kurang memuaskan karena lembaga
tersebut kurang mengakomodir keinginan lembaga yang berkepentingan sehingga
jika ingin memanfaat lebaga seperti ini harus diterangkan dengan tepat tenaga
baru yang dibutuhkan secara detail.
Permasalah
yang berkaitan dengan perubahan adalah kaena adanya hambatan pada keterbatasan
sumber daya, biaya dan pembagian tugas. Bahkan terkadang hambatan ini sudah
mendarah daging dalam tubuh suatu organisasi sehingga mereka pun tidak
mengetahui jika mereka mempunyai permasalahan. Dalam hal ini perencana sosial
dapat bertindak sebagai fasilitator atau penghubung antara lembaga dengan
sumberdaya terkait. Terkait dengan biaya atau sumber dana biasanya suatu
lembaga telah memiliki alokasi dana yang tetap, namun dengan adanya perubahan
dapat mengganggu stabilitas dana yang ada, mereka sudah menginfestasikan dana
mereka pada fasilitas, tenaga ahli (terutama dalam hal pelatihan tenaga menjadi
tenaga profesional).
Terdapat
beberapa strategi dalam mengingkatkan penerimaan lembaga atau masyarakat
terhadap perubahan diantaranya:
- Pendidikan untuk perubahan biasanya berbentuk workshop, seminar, pelatihan yang bertujuan uantuk mengembangkan profesionalitas dan pengembangan keterampilan. Strategi ini dapat berhasil apabila peserta pendidikan terlibat langsung dalam penyusuna atau pelaksanaan program atau kebijakan. Selain itu peserta didik mempunyai pengalaman lapangan serta peserta didik harus mempunyai otoritas untuk melakukan peribahan atau keterampilan baru mereka.
- Adaptasi dengan sumber daya yang terbatas, dimana lembaga pelayanan harus beradaptasi terhadap sumber daya yang terbatas dengan mengembangkan fungsi atau pelayanan yang sesuai dan dapat memanfaatkan sumber daya yang terbatas tersebut.
- Melakukan pengurangan insentif, dimana setiap perubahan yang dilakukan selalu berimplikasi pada masalah dana sehingga seorang perencana harus pandai melakukan negosiasi dimana jika perubahan itu dilakukan dengan paksaan akan menghasilkan penolakan, namun perubahan itu dapat dilakukan dengan menonjolkan keuntungan yang didapat dan cara yang tidak merugikan organisasi atau masyarakat.
- Semakin banyak perubahan yang terjadi maka semakin banyak pula aktifitas/ tenaga ahli. Perubahan juga membawa berbagai variasi dan inovasi pelayanan
- Menggunakan jasa konsultan untuk meningkatkan penerimaan inovasi/ perubahan. Konsultan dapat memberikan masukan atau berbagi pengalaman mereka dalam membantu lembaga-lembaga pelayanan sosial lainnya, walaupun terkadang memang mereka tidak mempunyai pengalaman yang sama dengan lembaga yang akan dibantu, namun pengalaman lain pun dapat membantu banyak untuk mengadakan perubahan.
- Shake up ini tidak menjamin perubahan yang permanent. Shake up hanya membuat guncangan kecil pada system, kemudian akan mendorong untuk terjadinya perubahan pada struktur dan komponen-komponen untuk mencapai tujuan organisasi.
- Menghubungkan 2 lembaga yang mempunyai program pelayanan yang sama atau yang mempunyai ideologi yang berbeda atau metode yang berbeda pula untuk saling bekerjasama. Umumnya lembaga yang satu lebih baik daripada lembaga yang lainnya, sehingga ada tranfer pengetahuan, keterampilan dan pengalaman.
- Perubahan juga harus memperhatikan pihak-pihak yang mengalami dampak langsung dari perubahan. Karena umumnya penolakan akan perubahan itu berasal dari pihak yang dirugikan.
- Perubahan yang terjadi dapat saja menyebabkan adanya tindakan menutup diri dan penolakan, untuk itu maka perubahan harus berjalan secara perlahan dan berkelanjutan. Terkadang perubahan itu tidak perlu terjadi pada semua bidang, jika program pelayanan masih dapat atau masih layak maka dapat dipertahankan.
- Program pelayanan dapat saja dipertahankan karena masih layak, dikembangkan jika program tersebut kurang efektif dan efisien dan dihilangkan diganti dengan program pelayanan baru.
- Organisasi selalu berusaha untuk mempengaruhi para perencana, demikian sebaliknya perencana pun akan berusaha untuk mempengaruhi lembaga dimana dia bertugas. Lembaga selalu berusaha mencagah intervensi dari perencana. Untuk mengatasi hal ini maka perencana tidak boleh berasumsi bahwa Ia mengetahui segalanya, dalam melakukan perencanan perencana harus memperhatikan semua hal yang berkaitan dengan lembaga termasuk didalamnya ideology, kepentingan dan lain sebagainya. Kerjasama dan kolaborasi sangat dibutuhkan dan menentukan.
Daftar Pustaka
[1] Edi Suharto, Ph.D, Membangun
Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Refika Aditama, Bandung; 2005. h. 71
[5] Ed. Earl Rubington and Martin
S. Weinberg, The Study of Social Problem; Seven Persfectives, Oxford
University Press, New York; 1995. h. 4
[6] Ed. Earl Rubington and Martin
S. Weinberg, The Study of Social Problem; Seven Persfectives, Oxford
University Press, New York; 1995. h. 5-6
[7] Edi Suharto, Ph.D, Membangun
Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Refika Aditama, Bandung; 2005. h. 76-77
[8] Edi Suharto, Ph.D, Membangun
Masyarakat Memberdayakan Rakyat, Refika Aditama, Bandung; 2005. h. 90-92
Conyers,
Diana. (1991). Perencanaan Sosial di Dunia Ketiga: Suatu Pengantar. Ed
2. (Penerjemah: Susetiawan). Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Lauffer, Armand. (1978). Social Planning at The Community Level. USA: Prentice Hall.
Lauffer, Armand. (1978). Social Planning at The Community Level. USA: Prentice Hall.
Referensi :
Label:
Tugas Kampus
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
About Me
- Desti Wulandari
- Bandar Lampung, Lampung, Indonesia
- * Mahasiswi Universitas Lampung * Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik * Jurusan Sosiologi'10
Blog Archive
-
▼
2012
(69)
-
▼
Maret
(41)
- Kritik Terhadap Teori Kritis
- Pemikiran Teori Kritis Generasi Selanjutnya: Jürge...
- Pengertian Tentang Teori Kritis dan Sejarah Pemiki...
- Masa Awal Pemikiran Teori Kritis: Horkheimer, Marc...
- Diskusi dengan Postmodernisme
- Kritik Habermas atas Masyarakat Dewasa Ini
- Habermas dan Pergeseran ke Paradigma Komunikasi
- Teori Kritis Mahzab Fankfurt
- Feminisme
- Kajian Budaya
- Postmodernisme,Postsrukturalis,Postkolonialisme
- Frankfurt School
- Marxisme
- teori-teori yang barada dalam tradisi kritis
- ciri khas teori-teori dalam tradisi kritis
- Asumsi Dasar Teori Kritis.
- Fase- fase Perkembangan Madzhab Frankfurt
- Mazhab Frankfurt
- Perkembangan Teori Kritis
- Epistemologi Teori Kritis
- Teori Kritis
- Mazhab Frankfurt dan Teori Kritis
- Teori Kritis Jurgen Habermas
- ADORNO DAN TEORI KRITIS
- HABERMAS DAN TEORI KRITIS
- MEMAHAMI TEORI KRITIS
- Teori Kritis, Adorno, dan Habermas
- Manfaat Sosiologi
- Lahirnya Sosiologi
- Sosiologi dan Ilmu-Ilmu Sosial lainnya.
- Methode Sosiologi
- Sosiologi sebagai ilmu
- Obyek Kajian Sosiologi
- Pengertian Sosiologi
- Tanpa Nama ... ???
- Mungilnya Strawberry ku_^
- Dasar Perencanaan
- Sosiologi Industri
- Mengenang III
- ANALISIS KEBIJAKAN SOSIAL
- Sosiologi Perkotaan
-
▼
Maret
(41)
Total Tayangan Halaman
Pengikut
Labels
- ✿ ♥ ✿ (1)
- 2013 m (1)
- Alone (1)
- ANALISIS KEBIJAKAN SOSIAL (1)
- Beberapa Cara Membaypass Login Mikrotik Wi-Fi (HotSpot) (1)
- BELIEVE (1)
- Cara Membuat Subtitle indonesia dari Film Luar (1)
- Cara Rahasia Shortcut Ctrl+Enter pada Browser (1)
- CATNIP [Nepeta Cataria] (1)
- Curhat (2)
- health (3)
- Hope (1)
- Idul Adha 1433H (1)
- Kemaro Island (1)
- LAST MESSAGE FULL MEANING OF LIFE WITH HUMILITY (1)
- Mangan (1)
- Mengenang (1)
- Mungilnya Strawberry ku_^ (1)
- Nilai dan Norma (1)
- pengetahuan (1)
- Politik Hukum (1)
- Pray (1)
- Ramadhan (2)
- Sains (2)
- SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU (1)
- STORY (4)
- Tanpa Nama ... ??? (1)
- Teknologi (1)
- Tips (2)
- Tree (1)
- Tugas Kampus (80)
- Unik (20)
Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar