Senin, 12 Maret 2012

PostHeaderIcon Kritik Terhadap Teori Kritis


Kritik Terhadap Teori Kritis

Teori kritis Habermas di satu sisi secara ideal menawarkan demokratisasi opini publik dalam menuju rasionalitas komunikatif. Dalam masyarakat modern hal tersebut secara sederhana bisa diterima sebagai upaya dalam memperoleh kesetaraan melalui proses dialog dan diskursus sehingga pada satu titik menghasilkan juga konsep baru seperti demokrasi deliberatif. Akan tetapi dalam realitasnya ternyata tidak semudah itu. Ada beberapa argumen keberatan yang menjadi kritik terhadap teori kritis yang diusung oleh Habermas. Pertama, dalam masyarakat modern seperti sekarang ini, proses komunikasi sudah berjalan dalam ranah hiperealitas sehingga bentuk rasionalitas komunikatif yang dibayangkan Habermas menjadi sulit diwujudkan. Masyarakat mampu bertindak irasional karena anonimitas yang terjadi dan identitas ditengah ruang publik menjadi sesuatu yang bersifat semu. Dalam model seperti ini yang terjadi adalah pemiskinan imajinasi sehingga sangat sulit untuk bisa menjadi rasional dan obyektif.

Keberatan yang kedua adalah, ruang publik dalam pemahaman masyarakat modern adalah ajang diskursus yang setara dan dialogis. Pada kenyataannya dialog yang terjadi di dalam ruang publik yang nyata adalah sesuatu yang tidak setara dan tidak juga bersifat dialogis. Ini terjadi tidak saja di negara-negara berkembang melainkan juga di negara maju. Dominasi yang dibayangkan oleh generasi pertama Teori Kritis rupanya masih tetap terjadi. Alhasil, proses dialog yang macet menyebabkan publik tidak lagi memanfaatkan ruangnya secara nyata. Kemajuan teknologi seperti internet dan komunikasi virtual menjadi katarsis publik dalam menggelombangkan wacananya sebagai pembentukan opini yang tidak lagi bersifat dialogis tetapi menjadi tandingan terhadap kekuasaan.

Keberatan yang ketiga adalah, dengan demikian faktor teknologi yang menyebabkan pesimisme akan ketergantungan manusia terhadap sarana-sarana ekonomi seperti yang dibayangkan oleh generasi pertama Teori Kritis juga masih tetap terjadi. Di sini dapat dilihat bahwa apa yang dikemukakan oleh Habermas masih belum dapat memberikan alternatif jawaban yang memuaskan mengingat perkembangan Teori Kritis masih harus berkompetisi dengan realitas masyarakat, terutama dari aspek kemajuan teknologi, perubahan dimensi ruang publik dan juga harapan terhadap rasionalitas komunikatif yang ideal bagi manusia itu sendiri. Kemajuan teknologi jelas memberi kontribusi berupa akselerasi penerimaan dan juga cara manusia mengekspresikan kehendaknya. Ruang publik tidak lagi semata berkutat kepada masalah penggunaannya yang ideal tetapi juga bagaimana pergeseran dimensi dari sesuatu yang bersifat fisik menuju dunia maya juga menjadikan rasionalitas sebagai faktor yang tidak lagi dengan mudah dapat diperhitungkan. Sementara rasionalitas komunikatif yang dibayangkan Habermas dengan demikian menjadi jauh untuk bisa direalisasikan dengan mudah.

0 komentar:

Posting Komentar

About Me

Foto Saya
Desti Wulandari
Bandar Lampung, Lampung, Indonesia
* Mahasiswi Universitas Lampung * Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik * Jurusan Sosiologi'10
Lihat profil lengkapku

Total Tayangan Halaman

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.
Chococat is a registered trademark of Sanrio Co., Ltd. ("Sanrio"), and the images are copyrighted by Sanrio.