Jumat, 09 Maret 2012
Sosiologi Perkotaan
18.01 | Diposting oleh
Desti Wulandari |
Edit Entri
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Kita yang hidup pada zaman muthakhir ini dapat dengan mudah mengamati dan
menggambarkan apakah “kota” itu, sesuai dengan tolak ukur atau focus perhatian
kita masing-masing. Oleh karena itu tidak dirisaukan jika terdapat banyak
definisi tentang kota, yang mungkin satu dengan yang lainnya berbeda.
Kota adalah suatu ciptaan peradaban umat manusia. Kota sebagai hasil dari
peradaban lahir dari pedesaan, tetapi kota berbeda dengan pedesaan Pedesaan
sebagai “daerah yang melindungi kota” (P.J.M. Nas 1979 : 28). Kota seolah-olah
mempunyai karakter tersendiri, mempunyai jiwa, organisasi, budaya atau
peradaban tersendiri.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana sejarah pertumbuhan kota?
2. Apa saja karakteristik?
3. Klasifikasi kota?
1.3
Tujuan Pembahasan
1.
Agar kita dapat mengetahui
pengertian-pengertian kota menurut para ahli, serta mengetahui tentang sejarah
perkembangan kota dari jaman kje jaman.
2.
Agar kita dapat lebih memahami
karakteristik-karakteristik dari sebuah kota.
3.
Untuk lebih mengetahui klasifikasi/
jenis-jenis kota yang ada. Bahwa klasifikasi kota itu tidak hanya terdiri dari
satu jenis saja.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Sejarah Pertumbuhan
Kota
Sebelum
membahas tentang sejarah dari pertumbuhan kota, kita akan mengetahui terlebih dahulu
tentang pengertian kota secara umum serta pengertian kota menurut para ahli.
Kota adalah suatu
ciptaan peradaban umat manusia. Kota sebagai hasil dari peradaban lahir dari
pedesaan, tetapi kota berbeda dengan pedesaan Pedesaan sebagai “daerah yang melindungi
kota” (P.J.M. Nas 1979 : 28). Kota seolah-olah mempunyai karakter tersendiri,
mempunyai jiwa, organisasi, budaya atau peradaban tersendiri.
2.2 Beberapa pendapat para ahli mengenai kota
v Mumford : Kota sebagai tempat pertemuan yang berorientasi ke luar. Sebelum
kota menjadi tempat pemukiman yang tetap, pada mulanya kota sebagai suatu
tempat orang pulang balik untuk berjumpa secara teratur, jadi ada semacam daya
tarik pada penghuni luar kota untuk kegiatan rohaniah dan perdagangan
serta,kegiatan lain.
v Max Weber: Penghuninya sebagian besar telah mampu memenuhi
kebutuhannyalewat pasar setempat dan ciri kota ada pasarnya.
v Sjoberg : Melihat kota dari
timbulnya suatu golongan spesialis non agraris dan yang berpendidikan merupakan
bagian terpenting
v Mayer : Kota sebagai tempat bermukim penduduknya.
v Prof. Bintarto (1984 : 36) Kota adalah sistem jaringan kehidupan manusia
yang ditandai oleh strata sosial ekonomi yang heterogen serta corak
matrialistis. Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No
4/1980 Kota adalah wadah yang memiliki batasan administratif wilayah seperti
kotamadya dan kota administrasi.
2.3 Adapun sejarah
pertumbuhan kota, di dalam perkembangannya sebuah kota berdasarkan tahap
perkembangannya kota dimulai dari tahap :
1.
Eopolis yaitu tahap perkembangan daerah kota yang sudah diatur ketahap kehidupan kota (kota kecamatan
2.
Polis yaitu tahap perkembangan kota yang masih ada pengaruh kehidupan agraris
(kota kabupaten)
3.
Metropolis, yaitu tahap perkembangan kota sudah mengarah ke sektor industri.
4.
Megapolis, yaitu tahap perkembangan kota yang telah mencapai tingkat tertinggi
diantaranya dengan dengan pemekaran atau perluasan kota
5.
Trianopolis, yaitu tahap perkembangan kota yang kehidupannya sudah sulit dikendalikan
baik masalah lalulintas, pelayanan maupun kriminalitas
6.
Nekropolis, yaitu tahap perkembangan kota yang kehidupannya mulai sepi bahkan
mengarah pada kota mati.
2.4 Adapun permasalahan-permasalahan yang sering
terjadi di sebuah kota, antara lain:
1. konflik (pertengkaran),
2. kontroversi (pertentangan),
3. kompetisi (persaingan),
4. kegiatan pada masyarakat pedesaan, dan
5. sistem nilai budaya
2.5 Sejarah Pertumbuhan Kota di
Indonesia
Kota-kota di Indonesia telah
berkembang sejak zaman dahulu. Sebagian besar, kota-kota yang tumbuh dengan
cepat adalah kota-kota yang terletak di dekat pelabuhan. Pemilihan lokasi
didasarkan pada potensi-potensi yang
dapat dikembangkan terutama potensi sumber daya alam dan letak yang strategis.
Berdasarkan sejarah pertumbuhannya,
kota-kota di Indonesia bermula dari kegiatan-kegiatan sebagai berikut.
1. Kota yang
berawal dari pusat perdagangan.
Di Indonesia kota-kota yang berasal dari kegiatan perdagangan, antara lain
adalah Surabaya, Jakarta dan Makassar. Kota-kota ini merupakan kota perdagangan
yang ramai.
2. Kota yang
berawal dari pusat perkebunan.
Pembukaan lahan baru untuk areal perkebunan berdampak pada pembuatan
permukiman baru yang kemudian berkembang menjadi kota. Contohnya: Sukabumi
(perkebunan teh), Ambarawa (perkebunan kopi), dan Jambi (perkebunan karet).
3. Kota yang
berawal dari pusat pertambangan.
Kota-kota di Indonesia yang berkembang dari perluasan daerah pertambangan,
antara lain Pangkal Pinang dan Tanjung Pandan (pertambangan timah), Palembang
dan Plaju (tambang minyak bumi), Samarinda, Tarakan, Balikpapan (tambang minyak
Bumi).
4. Kota yang
berawal dari pusat administrasi pemerintah.
Pada zaman penjajahan Belanda, Batavia merupakan pusat pemerintahan Hindia
Belanda. Setelah Indonesia merdeka, Kota Batavia (Jakarta) menjadi pusat pemerintahan
Republik Indonesia
2.6 Pertumbuhan Kota Bandar Lampung
Menyusuri
Kota Bandar Lampung, maka kita akan rasakan berada di lembah perbukitan. Kota
lama yang berasal dari dua kota kecil yang terpisah yaitu Tanjung Karang dan
Teluk Betung, seiring dengan pertumbuhan penduduk, yang semula adalah
kota kecil yang terpisah, kini telah menjadi satu tanpa batas dengan jumlah
penduduk lebih dari 800.000 jiwa.
Kota Bandar Lampung yang sekarang
adalah ibu kota Propinsi Lampung, keutara berbatas dengan Kecamatan Natar,
Lampung Selatan. Namun dalam perkembangannya, wilayah kecamatan Natar yang
terdapat Bandara Raden Inten yang pada kenyataannya telah menyatu sebagai
wilayah perkotaan.
Tugu Raden Inten, Batas Kota
Dalam kurun waktu kurang dari satu dasawarsa, pertama kali penulis mengusahakan sebuah pemukiman yang kecil, daerah batas kota yang masih sepi itu telah berubah menjadi kawasan pemukiman perkotaan baru. Tugu Raden Inten, yang merupakan titik pertemuan lalulintas dari seluruh Sumatra menuju P Jawa itu telah berubah menjadi sebuah simpul ekonomi sekaligus titik transit pengguna jasa transportasi umum kesegala penjuru wilayah Lampung. Akibatnya, titik pertemuan lalu lintas ini menjadi botlenect bagi kelancaran lalulintas. Kota seperti tumbuh tanpa perencanaan mengikuti dinamikan ekonomi yang berjalan secara alamiah. Ketika daerah berkembang, sesungguhnya merupakan keuntungan bagi pemerintah dengan menaikkan dari Pajak Bumi dan Bangunan. Sayangnya, daerah batas otoritas pemerintahan tersebut justru terabaikan karena masing-masing otoritas wilayah pemerintahan tak menyentuh pembangunan agar lebih tertata. Terminal induk yang berlokasi tak jauh dari Tugu raden Inten itu menjadi kurang berfungsi dan poslantas dua polrespun didirikan hanya berseberangan jalan seolah memang menyetujui perpindahan terminal induk itu. Perniagaan dan jasapun berkembang pesat, pedagang dan restoran, tempat penitipan kendaraan yang merupakan nadi perekonomian tersendiri tanpa sentuhan pemerintah. Botleneckpun itu mempunyai arti lain, tempat itu sering dijadikan tempat pemeriksaan surat kendaraan bermotor.
Sudut Lain Kota Bandar Lampung
Rencana jalan lingkar telah dibuat, telah dibebaskan tetapi mandeg ditengah jalan. Jalan arteri yang menhubungkan antar kabupaten adalah porsi pemerintah propinsi, agaknya pembangunan jalan itu ditinggalkan kanrena tidak terkait dengan rencana pemindahan pusat pemerintahan. Sesungguhnya, jika pusat pemerintahan itu dibangun di jalan ringroad yang sudah setengah jalan tersebut, manfaat pemindahan pusat perkantoran pemerintah lebih mempunyai arti bagi perkembangan perekonomian masyarakat Kota Bandar Lampung.
Seperti kita tahu, bahwa propinsi
lampung walaupun merupakan wilayah terdekat dengan pulau jawa yang relatif
lebih maju, tetapi perkembangannya jauh tertinggal dari tetangganya itu.
Sebagai produsen hasil pertanian, tidak dijumpai pusat perdagangan
komoditasnya. Terminal induk rajabasa yang semakin sepi oleh karena banyaknya
kendaraan umum yang pindah kesekitar Tugu Raden Inten, lebih cocok dijadikan pusat
perdagagangan komoditas pertanian dan perkebunan. Demikian pula ringroad yang
setengah jadi itu, jika diselesaikan akan menjadi pusat perdagangan jalur barat
yang artinya akan menahan aliran lalu lintas mengarah pada titik pertemuan lalu
lintas regional di Tugu Raden Inten.
Teluk Betung Dilihat dari Bukit
Kearah Bandara, jika kita lihat adalah daerah persawahan, pembangunan pusat pemerintahan di Kota kecamatan Natar, lambat laun akan mengalihkan fungsi persawahan menjadi pemukiman dan lebih jauh lagi akan mendesak Bandara Raden Inten. Banyak kerugiannya dibanding manfaatnya bagi perekonomian masyarakat. Barangkali perlu dipikirkan lagi, perencanaan tata kota tidak perlu mengorbankan yang sudah terbangun sebab biaya yang diperlukan untuk pengorbanan tersebut lebih efektif digunakan untuk membangun wilayah lain yang belum terbangun.
Agaknya Pemprov menjadikan wilayah
itu sebagai daerah idaman juga, setelah dibangunnya flyover di Natar untuk
mengatasi kemacetan, kemacetan yang saat ini sering terjadi di Tugu Raden
Inten, bukan menjadi masalah buat Pemprov yang ingin memindahkan pusat
pemerintahan di jalur itu, mengorbankan tanaman sawit yang berfungsi sebagai
paru2 kota atau menggeser bandara bukanlah menjadi persoalan.
Dengan melihat wilayah perkotaan
termasuk kecamatan Natar, jika disatukan maka penduduk wilayah perkotaan akan
mencapai 1 juta jiwa. Peran Pemprov yang diharapkan dapat mengkoordinator para
otoritas wilayah, dengan melihat lokasi pemindahan ibukota propinsi tersebut,
pada dasarnya arah pembangunan perkotaan yang ada masih bersifat proyek tanpa
kajian daya dukung yang memadai.
Salah satu daerah perdagangan
Sebuah perkotaan yang sehat adalah kota yang memperhatikan polusi baik polusi tanah, air dan udara. Kemacetan lalu lintas adalah sumber polusi udara, rencana pemindahan pusat pemerintahan pada jalur padat tersebut jelas tanpa pertimbangan kepadatan lalu lintas. Mestinya Pemprov lampung melakukan kajian ulang, pusat pemerintahan dapat digunakan sebagai pemecah mobilisasi masyarakat agar tidak bermuara pada satu titik.
Seperti halnya juga pemkot, daerah
yang diperlukan sebagai konservasi air telah berubah menjadi daerah pemukiman.
Kota Bandar lampung jika dilihat dari topografinya merupakan daerah tangkapan
air, tak heran pada akhirnya akan sama problemnya dengan kota2 lain yaitu
banjir. Jalan yang rusak dalam musim penghujan adalah pemandangan yang
umum. Namun bisa terjadi ketimpangan pembangunan apabila masing2 pemegang
otoritas wilayah hanya memikirkan menaikkan PBB tanpa diimbangi koordinasi dan
pihak terkait.
Perkembangan kota tidak terlepas
perkembangan ekonomi, majunya sebuah kota tidak terlepas dari geliat
ekonominya. Bandar Lampung sebagai pusat pemerintahan, juga sebagai pusat
perekonomian wilayah lampung. Jika melihat dari potensi ekonominya,
sesungguhnya kota ini dapat menjadi pusat perdagangan wilayah sumbagsel. Namun,
sarana dan prasarana penjunjang sebagai pusat komoditas wilayah, perdagangan
masih dikuasai oleh panjang mata rantai perdagangan yang panjang yang pada akhirnya
menuju pedagang besar. Mungkin perlu dibuat sentra perdagangan komoditas untuk
memperpendek mata rantai melalui penyediaan sarana dan sarananya untuk
meningkatkan penghasilan para petani produsen. Penyediaan sarana dan
sarana tersebut tentunya akan meningkatkan juga penghasilan pemerintah dari
sektor retribusinya.
Hampir diseluruh kota di Indonesia,
penghasilan utama pemerintah daerah masih pada pendapatan dari pajak bumi dan
bangunan yang merupakan sektor pasif. Penentuan dilakukan dengan tarif, makin tinggi
nilai pasar makin tinggi pajak ditentukan. Sedangkan pendapatan dari sektor
produktif seperti hasil perkebunan dan pertanian, secara tehnis hanya mengarah
pada pedagang besar dan pemungutan pada kendaraan niaga pengangkut barang,
tidak melihat apakah membawa muatan atau tidak.
2.7 Karakteristik Kota
Dari aspek morfologi,
antara kota dan pedesaan terdapat perbedaan bentuk fisik, seperti cara
membangun bangunan-bangunan tempat tinggal yang berjejal dan mencakar langit
(tinggi) dan serba kokoh. Tetapi pada prakteknya kriteria itu sukar dipakai
pengukuran, karena banyak kita temukan dibagian-bagian kota tampak seperti desa
misalnya, didaerah pinggiran kota, sebaliknya juga desa-desa yang mirip kota,
seperti desa-desa di pegunungan dinegara-negara laut tengah.
Dari aspek penduduk.
Secara praktis jumlah penduduk ini dapat dipakai ukuran yang tepat untuk
menyebut kota atau desa, meskipun juga tidak terlepas dari kelemahan
–kelemahan. Kriteria jumlah penduduk ini dapat secara mutlak atau dalam arti
relatif yakni kepadatan penduduk dalam suatu wilayah. Sebagai contoh misalnya
dia AS dan Meksiko suatu tempet dikatakan kota apabila dihuni lebih dari 2500
jiwa dan Swedia 200jiwa.
Dari aspek sosial,
gejala kota dapat dilihat dari hubungan-hubungan sosial (social interrelation
dan social interaction) di antara penduduk warga kota, yakni yang bersifat
kosmopolitan. Hubungan sosial yang bersifat impersonal, sepintas lalu
(super-ficial), berkotak-kotak, bersifat sering terjadi hubungan karena
kepentingan dan lain-lain, orang ini bebas untuk memilih hubungan sendiri.
Dari aspek ekonomi,
gejala kota dapat dilihat dari cara hidup warga kota yakni bukan dari bidang
pertanian atau agraria sebagai mata pencaharian pokoknya, tetapi dari
bidang-bidang lain dari segi produksi atau jasa. Kota berfungsi sebagai pusat
kegiatan ekonomi, perdagangan industri, dan kegiatan pemerintahan serta
jasa-jasa pelayanan lain. Ciri yang khas suatu kota ialah adanya pasar,
pedagang dan pusat perdagangan.
Dari aspek hukum,
pengertian kota yang dikaitkan dengan adanya hak-hak dan kewajiban hukum bagi
penghuni, atau warga kota serta sistem hukum tersendiri yang dianut untuk
menunjukkan suatu wilayahtertentu yang secara hukum disebut kota
Dari karakteristik diatas dapat
disimpulkan bahwa kota :
1)
Kota mempunyai fungsi-fungsi khusus
(sehingga berbeda antara kota dengan fungsi
yang berbeda)
2)
Mata pencaharian penduduknya diluar
agraris.
3)
Adanya spesialisasi pekerjaan warganya
4)
Kepadatan penduduk
5)
Ukuran jumlah penduduk (tertentu yang
dijadikan batasan)
6)
Warganya (relatif) mobility
7)
Tempat pemukiman yang tampak permanen
Sifat-sifat warganya
yang heterogen, kompleks, social relation, yang impersonal dan eksternal, serta
personal segmentasion karena begitu banyaknya peranan dan jenis pekerjaan
seseorang dalam kelompoknya sehingga seringkali tidak kenal satu sama lain,
seolah-olah seseorang menjadi asing dalam lingkungannya.
2.8 Klasifikasi Kota
Klasifikasi Kota Berdasarkan fungsi, jumlah penduduk &
tingkat perkembangannya.
Seperti
halnya desa, kota juga memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Untuk
membedakannya, kota diklasifikasikan berdasarkan pada hal-hal sebagai berikut:
a. Berdasarkan jumlah penduduk, kota
diklasifikasikan sebagai berikut.
1) Megapolitan, yaitu kota yang berpenduduk di
atas 5 juta orang.
2) Metropolitan (kota raya), yaitu kota yang
berpenduduk antara 1–5 juta orang.
3) Kota besar, yaitu kota yang berpenduduk antara
500.000– 1 juta orang.
4) Kota sedang, yaitu kota yang jumlah penduduknya
antara 100.000–500.000 orang.
5) Kota kecil, yaitu kota yang berpenduduk antara
20.000–100.000 orang.
b. Berdasarkan tingkat
perkembangannya, kota diklasifikasikan menjadi:
1) Tingkat Eopolis, yaitu suatu wilayah yang
berkembang menjadi kota baru.
2) Tingkat Polis, yaitu suatu kota yang masih
memiliki sifat agraris.
3) Tingkat Metropolis, yaitu kota besar yang
perekonomiannya sudah mengarah ke industri.
4) Tingkat Megalopolis, yaitu wilayah perkotaan yang
terdiri atas beberapa kota metropolis yang berdekatan lokasinya sehingga
membentuk jalur perkotaan yang sangat besar.
5) Tingkat Tryanopolis, yaitu kota yang kehidupannya sudah
dipenuhi dengan kerawanan sosial, seperti kemacetan lalu lintas dan tingkat
kriminalitas yang tinggi.
6) Tingkat Nekropolis, yaitu suatu kota yang berkembang
menuju keruntuhan.
c. Berdasarkan fungsinya, kota diklasifikasikan
sebagai berikut:
a) Kota pusat produksi, yaitu kota yang
memiliki fungsi sebagai pusat produksi atau pemasok, baik yang berupa bahan
mentah, barang setengah jadi, maupun barang jadi. Contoh: Surabaya, Gresik, dan
Bontang.
b) Kota pusat perdagangan (Centre of
Trade and Commerce), yaitu kota yang memiliki fungsi sebagai pusat
perdagangan, baik untuk domestik maupun internasional. Contoh: Hongkong,
Jakarta, dan Singapura.
c) Kota pusat pemerintahan (Political
Capital), yaitu kota yang memiliki fungsi sebagai pusat pemerintahan atau
sebagai ibu kota negara.
d) Kota pusat kebudayaan (Cultural
Centre), yaitu kota yang memiliki fungsi sebagai pusat kebudayaan. Contoh:
Yogyakarta dan Surakarta.
BAB
III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Dari paparan di atas dapat disimpulkan
bahwa faktor yang mendorong pertumbuhan Kota Jakarta sebagai kota pelabuhan,
kota dagang dan kota pusat pemerintahan adalah
- Fisik wilayah, di muara sungai Ciliwung dengan posisi silang antara kepulauan nusantara sehingga faktor ini mendorong Jakarta tumbuh menjadi Kota Pelabuhan, dan faktor ini juga yang mendukung aktivitas berdagang warga. Selain itu, faktor ini juga yang menjadikan salah satu alasan pemerintah kolonial menetapkan Jakarta sebagai pusat pemerintahan. Faktor ini menurut saya memberikan penentu awal bagi pembentukan suatu kota ;
- Aktivitas, dominasi kegiatan yang dilakukan oleh pendatang dan warga kota dalam suatu jenis kegiatan, seperti kegiatan berlabuh yang dominan dalam awal pertumbuhan Jakarta dan kemudian berkembang menjadi kegiatan berdagang yang juga dominan dilakukan di Jakarta bahkan aktivitas ini yang membuat beberapa kekuasaan pemerintahan di awal tumbuhnya memperebutkan Jakarta;
- Warga kota, sebagai motor penggerak dalam berbagai kegiatan kota seperti warga kota Kalapa (kerajaan Hindu) yang memotori kegiatan pelabuhan di Jakarta, para pendatang dan warga kota yang menggerakan kegiatan perdagangan di Sunda Kelapa;
- Kebijakan politis, kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintah yang berkuasa untuk memposisikan Jakarta sebagai Ibu Kota Negara/Kota Pusat Pemerintahan menjadikan Jakarta tumbuh sebagai kota pusat administrasi. Faktor ini juga yang mendukung berkembangnya kegiatan perdagangan di Jakarta sampai saat ini.
3.2
SARAN
Menurut
kami, sebaiknya pemerintah dan
masyarakat saling bekerja sama untuk dapat saling membangun pertumbuhan kota
agar disetiap kota dapat menjadi kota yang mandiri serta dapat mensejahterakan
seluruh masyarakat yang ada dan tinggal di kota tersebut. Namun, kita pun tidak
boleh melupakan tentang keadaan yang ada di desa.
REFERENSI
Asy’ari, Imam Sapari. Sosiologi Kota dan
Desa, Surabaya : Usaha Nasional
Bintarto, pengantar geogarafi kota, LIP
SPRING, LIP SPRING, Yogyakarta, 1997.
Bintarto, R. 1984. Interaksi Desa – Kota
dan permasalahannya, Jakarta : Ghalia Indonesia
www.google.com
Label:
Tugas Kampus
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
About Me
- Desti Wulandari
- Bandar Lampung, Lampung, Indonesia
- * Mahasiswi Universitas Lampung * Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik * Jurusan Sosiologi'10
Blog Archive
-
▼
2012
(69)
-
▼
Maret
(41)
- Kritik Terhadap Teori Kritis
- Pemikiran Teori Kritis Generasi Selanjutnya: Jürge...
- Pengertian Tentang Teori Kritis dan Sejarah Pemiki...
- Masa Awal Pemikiran Teori Kritis: Horkheimer, Marc...
- Diskusi dengan Postmodernisme
- Kritik Habermas atas Masyarakat Dewasa Ini
- Habermas dan Pergeseran ke Paradigma Komunikasi
- Teori Kritis Mahzab Fankfurt
- Feminisme
- Kajian Budaya
- Postmodernisme,Postsrukturalis,Postkolonialisme
- Frankfurt School
- Marxisme
- teori-teori yang barada dalam tradisi kritis
- ciri khas teori-teori dalam tradisi kritis
- Asumsi Dasar Teori Kritis.
- Fase- fase Perkembangan Madzhab Frankfurt
- Mazhab Frankfurt
- Perkembangan Teori Kritis
- Epistemologi Teori Kritis
- Teori Kritis
- Mazhab Frankfurt dan Teori Kritis
- Teori Kritis Jurgen Habermas
- ADORNO DAN TEORI KRITIS
- HABERMAS DAN TEORI KRITIS
- MEMAHAMI TEORI KRITIS
- Teori Kritis, Adorno, dan Habermas
- Manfaat Sosiologi
- Lahirnya Sosiologi
- Sosiologi dan Ilmu-Ilmu Sosial lainnya.
- Methode Sosiologi
- Sosiologi sebagai ilmu
- Obyek Kajian Sosiologi
- Pengertian Sosiologi
- Tanpa Nama ... ???
- Mungilnya Strawberry ku_^
- Dasar Perencanaan
- Sosiologi Industri
- Mengenang III
- ANALISIS KEBIJAKAN SOSIAL
- Sosiologi Perkotaan
-
▼
Maret
(41)
Total Tayangan Halaman
Pengikut
Labels
- ✿ ♥ ✿ (1)
- 2013 m (1)
- Alone (1)
- ANALISIS KEBIJAKAN SOSIAL (1)
- Beberapa Cara Membaypass Login Mikrotik Wi-Fi (HotSpot) (1)
- BELIEVE (1)
- Cara Membuat Subtitle indonesia dari Film Luar (1)
- Cara Rahasia Shortcut Ctrl+Enter pada Browser (1)
- CATNIP [Nepeta Cataria] (1)
- Curhat (2)
- health (3)
- Hope (1)
- Idul Adha 1433H (1)
- Kemaro Island (1)
- LAST MESSAGE FULL MEANING OF LIFE WITH HUMILITY (1)
- Mangan (1)
- Mengenang (1)
- Mungilnya Strawberry ku_^ (1)
- Nilai dan Norma (1)
- pengetahuan (1)
- Politik Hukum (1)
- Pray (1)
- Ramadhan (2)
- Sains (2)
- SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU (1)
- STORY (4)
- Tanpa Nama ... ??? (1)
- Teknologi (1)
- Tips (2)
- Tree (1)
- Tugas Kampus (80)
- Unik (20)
Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar